Berita

lilin/net

Nusantara

Buat Apa Earth Hour Kalau Listrik Mati Melulu

MINGGU, 30 MARET 2014 | 22:34 WIB | LAPORAN:

. Kampanye mematikan lampu listrik selama satu jam alias earth hour yang digelar pada Sabtu malam kemarin sedang ramai dibicarakan di jagat Twitterland. Ada tweeps yang mengaku sangat bangga bisa ikutan kampanye ini, ada juga yang menjadikan memontum ini untuk mengkritisi PLN yang banyak melakukan pemadaman.

PLN mengklaim, kampanye earth hour cukup berhasil. Beban listrik di wilayah Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) turun hingga 509 megawatt (MW) atau 2,56 persen. Khusus untuk Jakarta dan Banten bebannya turun sebesar 386 MW.

“Jika dikonversi ke rupiah, dengan asumsi pembangkit yang dimatikan biaya produksinya Rp 2 ribu per kilo watt hour (kwh), perhematan di Jamali selama earth hour sebesar Rp 1.018.000.000,” ujar Manajer Senior Komunikasi Korporat PLN Bambang Dwiyanto.


Sementara untuk beban listrik di sistem Sumatera, terlihat sedikit mengalami kenaikan. Hal itu diperkirakan karena pada minggu terdapat tambahan pasokan ke sistem kelistrikan Sumatera, setelah sebelumnya beberapa pembangkit mengalami pemeliharaan. Di beberapa daerah tujuan wisata, seperti Batam juga sedikit mengalami kenaikan, kemungkinan karena banyaknya wisatawan dari luar kota dan luar negeri datang di libur panjang akhir pekan.

Program earth hour ini, lanjut Bambang, sangat bermanfaat bagi operasional pembangkit-pembangkit milik PLN. Pembangkit PLN yang sehari-hari bekerja keras memenuhi kebutuhan listrik masyarakat bisa diistirahatkan sejenak. PLN juga dapat melakukan penghematan dan efisiensi biaya bahan bakar.

Akun @pegiediastuti di twitter mengaku sangat senang bisa ikutan kampanye erath hour. Walaupun harus gelap-gelapan selama satu jam, menurutnya kegiatan tersebut sangat bermaaf untuk menyelamatkan bumi. “Biar gelap ini jadi manfaat untuk bumi,” kicaunya.

Kandra dalam Akun @kandraID dengan bangga menyatakan dirinya telah ikut kampanye earth hour. “Tadi malem kita juga merayakan Earth Hour loh. Bagaimana dengan kalian?” ucapnya.

Akun @EHcimahi mengajak semua masyarakat untuk terus menggalakan gerakan earth hour. Bukan hanya pada 29 Maret. “Yu kita terus praktekkan gaya hidup hemat energi kita selama earth hour dan selalu menjaga bumi kita yang indah,” serunya sambil memasang wajah senyum.

Pemilik akun @hmdbioui sangat gemberi dengan banyak pihak yang ikut dalam kampanye earth hour. “Buat kakak-kakak dan temen-temen yang udah ikutan earth hour kemarin, #AgenDepLing mau mewakili bumi buat bilang makasih nih,” ucapnya.

Vincentius Jimmy dalam akun @V_Jimmy menyatakan, selain ikut menyelamatkan bumi, kampanye earth hour juga bentuk empati kepada masyarakat di Sumatera dan di tempat lain yang sampai sekarang sering mengalami pemadaman bergilir. Zulfadli dalam akun @zulfadhli88 menyampaikan usul agar kampanye earth hour tahun depan mengangkat tema kesetaraan dan pemerataan energi agar warga di daerah terpencil bisa juga menikmati listrik yang cukup.

“Kata teman-teman dari Medan, earth hour itu semacam aksi solidaritas buat mereka. Maunya mereka sih tiap minggu biar benar-benar solider,” ucap akun @billykompas.

Sedangkan akun @olietabdul malah menyebut kampanye earth hour tidak berguna. Sebab, hingga saat ini masih sering terjadi pemadaman di sebagian besar wilayah Indonesia. “Di mana-mana orang #SaveOurEarth #EarthHour cuma sejam dalam setahun bisa dibanggain. Lha di Medan, sehari bisa dua kali dan berjam-jam, bukan bangga lagi, maluu!!” kicau akun @lovikuw. “Orang Jepang kegirangan banget ngerayain earth hour. Orang Medan udah kenyang dengan kegelapan,” timpal akun @SarjanaEkonomis.

Akun @jevealovous malah menggerutu ke PLN. Pasalnya, listrik di daerahnya dari jam 3 sore sampai setelah Isya kemarin masih mati. “Hebat banget nih PLN, dari jam 3 sore sampai sekarang listriknya di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara belum nyala,” kicaunya. “Listrik mati dengan sukarela = kerjaan earth hour. Listrik mati tanpa diminta = kerjaan PLN,” timpal akun @fan_dila. [rus]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya