Berita

12 parpol

Terima Kasih untuk Pimpinan Partai Politik

SENIN, 17 MARET 2014 | 15:27 WIB | OLEH: FRITZ E. SIMANDJUNTAK

Politics (from Greek: politikos, meaning "of, for, or relating to citizens") is the practice and theory of influencing other people on a civic or individual level. More narrowly, it refers to achieving and exercising positions of governance - organized control over a human community, particularly a state.
 
Menurut wikipedia di atas secara sederhana politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.  Bahkan secara gamblang dinyatakan bahwa politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional.
 

Pemilihan umum dan pemilihan presiden adalah proses meraih kekuasaan secara konstitusional, baik oleh individu calon legislatif maupun calon presiden secara demokratis.
 
Tahun 2014 ini Indonesia kembali menyelenggarakan pemilihan legislatif dan presiden secara langsung dan terbuka. Tidak kurang dari 12 partai politik tingkat nasional dan 3 partai politik lokal di Aceh akan ikut serta, dan mulai berkampanye menyajikan program-program yang akan dijalankan apabila memperoleh kepercayaan masyarakat untuk memerintah tahun 2014-2019.
 
Roemer menyebutkan ada tiga tipe partai politik dalam upaya meraih kekuasaan, yaitu: Oportunis, Militan, dan Pembaharu. Dalam menentukan model yang akan diterapkan oleh partai politik, tergantung dari situasi yang ada. Apalagi secara relatif setiap partai memiliki kebijakan yang multidimensi.
 
PDIP misalnya, kali ini termasuk partai oportunis karena menggunakan popularitas Jokowi yang diumumkan sebagai calon presiden. Memang di hampir setiap survei calon presiden, Jokowi hampir selalu unggul di atas calon-calon presiden lainnya. Padahal hingga bulan Februari 2013, nama Prabowo Subianto menempati peringkat pertama sebagai calon presiden.
 
Dengan mengumumkan Jokowi sebagai calon presiden, PDIP bukan saja mengharapkan meraih suara rakyat di atas 20 persen agar bisa mengajukan calon presidennya sendiri, tetapi juga diharapkan mampu membangun koalisi yang lebih kuat nantinya dengan partai lain di parlemen. Karena dalam sistem demokrasi Indonesia saat ini, partai pemerintah diharapkan juga mampu mengendalikan legislatif agar program-programnya dapat berjalan dengan baik.
 
Sedangkan Partai Gerindra, yang dibawah kendali gaya kepemimpinan Prabowo Subianto dapat dikategorikan sebagai partai yang militan untuk melakukan pembaharuan di masa mendatang. Gerindra selain menonjolkan Prabowo Subianto yang dainggap antagonis dalam kepemimpinan SBY, juga melalui 6 program transformasi diharapkan kesejahteraan rakyat banyak bisa lebih dicapai.
 
Banyak yang memperkirakan PDIP, Golkar dan Gerindra akan bersaing ketat dalam meraih tiga peringkat teratas pemilihan legislatif. Sementara dalam persaingan calon presiden juga akan sangat ketat antara Jokowi, Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie. Mesin partai politik mereka dianggap jauh lebih siap pada pemilihan umum dan pemilihan presiden tahun 2014.
 
Terlepas siapapun pemenangnya, kita patut berterima kasih kepada seluruh pemimpin partai politik akan yang bertarung di tahun 2014. Pertama tentu saja kita sampaikan terima kasih kepada partai penguasa Demokrat, yang selama 10 tahun berhasil mempertahankan momentum perkembangan ekonomi meskipun berkali-kali gejala memburuknya ekonomi dunia juga telah berpengaruh kepada ekonomi Indonesia.
 
Prahara korupsi yang menghantam begitu banyak kader Demokrat termasuk orang-orang dekat Presiden SBY untuk sementara bisa diatasi. Dan Partai Demokrat masih tetap akan ikut pemilu 2014. Meskipun popularitasnya menurun tajam, sebagai partai penguasa Partai Demokrat bisa saja menjadi kuda hitam karena mesin politik ke daerah masih tetap kuat.
 
Selanjutnya terima kasih juga kepada Megawati sebagai partai oposisi selama 10 tahun berhasil membangun suasana damai di negara ini. Bahkan PDIP juga secara mengejutkan berhasil membina kader-kader partai politik yang lebih muda dan menonjol komitmennya untuk perbaikan kehidupan rakyat. Jokowi, Risma, Rustriningsih, Ganjar Pranowo adalah contoh di antara kader PDIP yang mendapat hati di masyarakat.
 
Di samping itu juga Megawati, sebagai Ketua Umum PDIP, berhasil mengatasi kegalauan partai dan pendukungnya dengan mencalonkan Jokowi sebagai calon presiden. Kebesaran hati Megawati ini mendapat apresiasi baik dari partai politik lainnya, mantan jenderal dan bahkan pasar modal yang cenderung membaik sesaat.
 
Seperti diketahui, seringkali Megawati dicederai oleh lawan-lawan politiknya.  Misalnya pada kasus 27 Juli 1996 dan pemilihan Presiden tahun 2001. Termasuk juga pada pemilihan Presiden tahun 2004 yang secara tidak diduga SBY, yang tadinya menyatakan tidak akan maju, malah mengalahkan Megawati.
 
Terima kasih juga patut kita sampaikan kepada Prabowo Subianto yang secara gigih dan penuh semangat membangun Partai Gerindra, Sejak gagal pada konvensi Partai Golkar untuk maju jadi calon Presiden, Prabowo memutuskan membentuk partai politik sendiri. Keputusan ini patut kita hargai, karena ini berarti Prabowo berkompetisi meraih kekuasaan secara konstitusional. Padahal sebelumnya Prabowo pernah dianggap ingin merebut kekuasaan secara inkonstitusional.
 
Sebagai partai yang sangat berpengalaman dalam merebut kekuasaan politik, terlihat sekali dinamika positif dan negatif di Partai Golkar. Keputusan Golkar mengajukan calon presiden Aburizal Bakrie jauh sebelum hasil pemilihan umum legislatif dilaksanakan dianggap merupakan sebuah kesalahan besar. Karena kasus Lapindo membuat popularitas Aburizal selalu menempati peringkat bawah dalam survei-survei calon presiden.

Namun Aburizal terus maju dan membangun partainya untuk menjadi salah satu peserta pemilu di tahun 2014. Mesin politik yang sudah berakar sejak jaman Orde Baru diharapkan bisa membawa Golkar sebagai pemenang pemilihan umum legislatif di tahun 2014. Perjuangan berat yang dihadapi Aburizal, baik dalam mengatasi lawan internal maupun eksternal, juga patut kita apresiasi.
 
Kepada Wiranto, mantan Panglima TNI era Soeharto dan Habibie, juga patut diacungkan jempol. Seperti kita ketahui Wiranto juga pernah memiliki kesempatan besar untuk mengambil alih kekuasaan pada tahun 1998.  Tetapi dia tetap memilih cara demokratis.
 
Setelah gagal dalam pemilihan presiden 2004 lewat Partai Golkar, Wiranto berani membentuk Partai Hanura untuk bersaing meraih kekuasaan dalam pemerintahan RI. Meskipun kembali gagal pada tahun 2009, hingga pemilihan umum saat ini akan berlangsung Partai Hanura dikenal sebagai partai yang paling bersih dalam mengatasi korupsi.
 
Pemimpin-pemimpin partai-partai lainnya seperti PAN, PKS, PKB, PPP, PKPI, PBB, NASDEM juga besar kontribusinya bagi terciptanya pembangunan politik dan pembagian kekuasaan yang relatif damai dan aman.  Banyak kader-kader partai politik yang diharapkan mampu menjadi pemimpin di masa mendatang, seperti Ahmad Heryawan, Gatot Pujo Nugroho, Irwan Prayitno, Lukas Enembe, Ridwan Kamil dan lain-lain.
 
Sehubungan dengan besarnya kontribusi partai politik dalam membangun sistem demokrasi di Indonesia, kita tentu saja berharap tidak ada partai-partai yang tereliminasi karena tidak mampu meraih suara yang tidak memenuhi syarat sesuai dengan Undang Undang. Karena kita tetap butuh partai politik, pemimpin dan pengurus-pengurusnya serta kader-kadernya. Melalui mereka lah kita terus belajar membangun tantanan politik yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.
                           
Seperti kawan saya katakan, pemilihan umum dan pemilihan presiden bukan untuk memilih malaikat yang serba sempurna pemikiran dan kebijakannya. Tetapi memilih orang yang karena mereka adalah manusia biasa masih penuh dengan segala kekurangan. Tapi kesediaan mereka untuk secara langsung berpartisipasi membangun sistem politik demokrasi yang lebih berkualitas patut kita apresiasi. Semoga Indonesia bisa lebih maju lewat pesta demokrasi ini. Selamat berkompetisi dan selamat memilih.!!!!

*Penulis adalah sosiolog dan tinggal di Jakarta

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Waspadai Partai Cokelat, PDIP: Biarkan Rakyat Bebas Memilih!

Rabu, 27 November 2024 | 11:18

UPDATE

Sukses Amankan Pilkada, DPR Kasih Nilai Sembilan Buat Kapolri

Jumat, 29 November 2024 | 17:50

Telkom Innovillage 2024 Berhasil Libatkan Ribuan Mahasiswa

Jumat, 29 November 2024 | 17:36

DPR Bakal Panggil Kapolres Semarang Imbas Kasus Penembakan

Jumat, 29 November 2024 | 17:18

Pemerintah Janji Setop Impor Garam Konsumsi Tahun Depan

Jumat, 29 November 2024 | 17:06

Korsel Marah, Pesawat Tiongkok dan Rusia Melipir ke Zona Terlarang

Jumat, 29 November 2024 | 17:01

Polri Gelar Upacara Kenaikan Pangkat, Dedi Prasetyo Naik Bintang Tiga

Jumat, 29 November 2024 | 16:59

Dubes Najib Cicipi Menu Restoran Baru Garuda Indonesia Food di Madrid

Jumat, 29 November 2024 | 16:44

KPU Laksanakan Pencoblosan Susulan di 231 TPS

Jumat, 29 November 2024 | 16:28

Kemenkop Bertekad Perbaiki Ekosistem Koperasi Kredit

Jumat, 29 November 2024 | 16:16

KPK Usut Bau Amis Lelang Pengolahan Karet Kementan

Jumat, 29 November 2024 | 16:05

Selengkapnya