Berita

heriandi/net

PKB Jakarta: Kenaikan PBB Drastis dan Mengagetkan, Warga Jadi Korban

RABU, 05 MARET 2014 | 10:59 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Warga DKI Jakarta kaget ketika menyadari ada kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) berkali-kali lipat yang harus dibayarkan.

Wakil Ketua DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DKI, Heriandi, menangkap keresahan warga Jakarta atas kenaikan nilai jual obyek pajak (NJOP) untuk tanah. Tak banyak warga tahu kenaikan NJOP atas tanah sebesar 140 hingga 200 persen.

"Kenaikannya besar dan drastis. Mereka tidak menyangka harga NJOP yang dikenakannya mendekati harga pasaran," kata Heriandi yang bernama asli Lim Yauw Thiam, kepada Rakyat Merdeka Online, Rabu pagi (5/3).


Dia meminta Pemerintah Provinsi DKI harus memberikan kebijaksanaan terkait perhitungan NJOP yang dikenakan untuk warga jakarta.

"Karena, menaikan NJOP ke harga pasaran itu tidak serta merta berbanding riil dengan tingkat kemampuan ekonomi warga Jakarta," tegasnya.

Menurut dia, pemerintah Jakarta lupa bahwa harga pasaran tanah di Jakarta naik bukan karena apresiasi resmi dari kemampuan warga Jakarta dalam bertransaksi, tetapi ini akibat mekanisme pemodal dan spekulan investor tanah dan properti.

"Banyak warga Jakarta mempunyai rumah dan tanah hasil dari warisan orang tuanya, apakah Pemprov ingin warga tidak mampu melepas tanah warisannya ke mekanisme pasar yang dikuasai oleh pemodal-pemodal?" ujarnya.

PKB DKI Jakarta meminta Pemprov untuk bijaksana dan meninjau ulang perhitungan PBB 2014 ini dalam mengenjot pendapatan asli daerah.

"Naiknya bertahap saja. Biaya hidup makin besar saja jadinya," ucap Heriandi yang merupakan Caleg DPRD DKI Jakarta Dapil 3 (Jakarta Utara: Kecamatan: Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priok).

Bulan lalu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, mengatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta meningkatkan nilai jual obyek pajak (NJOP) untuk tanah karena selama empat tahun tidak pernah ada kenaikan.

Padahal, faktanya adalah harga pasar sudah melonjak cukup signifikan. Ia menilai bahwa NJOP yang ideal haruslah mendekati harga pasar. Apabila NJOP tidak dinaikkan, maka berpotensi mengalami kerugian negara. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya