Lambannya program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) untuk sektor transportasi di antaranya disebabkan tidak maksimalnya infrastruktur yang ada.
Pengamat energi Darmawan Prasodjo mengatakan, jika infrastruktur gas ada maka konsumsi BBM akan turun. Dengan beralihnya konsumsi masyarakat ke gas, besaran subsidi BBM juga bakal turun.
Ia mengatakan, dengan harga premium Rp 6.500 dan solar Rp 5.500 per liter, subsidi pemerintah untuk premium dan solar mencapai Rp 4.500–5.500 per liter. “Bandingkan dengan harga gas yang cuma 4.000 per liter setara premium,†katanya.
Darmawan mengatakan, penggunaan gas untuk bahan bakar kendaraan telah diterapkan di banyak negara. Selain lebih murah, gas adalah energi yang ramah lingkungan. Brasil adalah contoh negara yang sukses menjalankan program biofuel untuk kendaraan bermotor.
Kasubdit Penyimpanan Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yusep K Caryana mengakui, Indonesia sudah tertinggal dari beberapa negara soal konversi gas. Contohnya, Indonesia tertinggal jauh dari Thailand dalam proses konversi gas.
Berdasarkan data Januari 2013, Thailand telah memiliki Stasiun online CNG sebanyak 112 unit, Stasiun utama (mother station) CNG sebanyak 20 unit, dan stasiun cabang 351. Totalnya ada 483 unit stasiun CNG.
Thailand juga sudah memiliki 352.625 kendaraan yang berbahan bakar gas. Sedangkan Indonesia hanya 5.690. Padahal Indonesia sudah mencanangkan program konversi gas semenjak 1987.
Yusep menegaskan, Indonesia memang tertinggal jauh. Padahal pemerintah sudah maksimal dalam program itu termasuk membagikan dua ribu
converter kit kepada kendaraan BUMN dan BUMD. Sayangnya infrastruktur stasiun pengisian gas masih menjadi kendala.
Belum lagi anggapan masyarakat yang menganggap gas lebih berbahaya dari BBM. Padahal jika dihitung penggunaan bensin sebanyak 20 liter per hari yang mencapai Rp 130 ribu tak sebanding jika menggunakan gas yang hanya Rp 62 ribu. ‘’Masyarakat bisa menghemat 52 persen,’’ tutur dia.
Pemerintah sendiri sudah menargetkan pembangunan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) kembali tahun ini. Sampai dengan 2013, total ada 32 SPBG dan 6 Mobile Refueling Unit (MRU). Sedangkan tahun ini akan ada penambahan 39 SPBG dan 7 MRU, sehingga total menjadi 71 SPBG dan 13 MRU.
Direktur Gas Bumi Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Umi Asngadah mengaku program konversi BBM belum berjalan baik. Padahal pemerintah sejauh ini sudah mempunyai komitmen serius dalam percepatan program konversi tersebut. Kesungguhan pemerintah bisa dilihat dari sejumlah insentif yang diberikan kepada badan usaha yang bersedia membangun SPBG.
Insentif itu diantaranya pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), penurunan tarif listrik bagi SPBG dan pajak BBG. Selain itu, pemerintah sudah mengalokasikan gas bagi transportasi sebesar 35,15 juta kaki kubik per hari (
milion metric standard cubic feet per day/mmscfd). ***