Mengklaim ditawari uang damai oleh oknum polisi dan pelapor. Nikita bodo amat, mangkir dari panggilan polisi dan siap dipenjara lagi.
Nikita Mirzani ditetapkan sebagai tersangka kasus di Cafe Golden Monkey, Bandung, pada 27 Juli 2013. Namun seperti biasa, artis seronok penuh kontroversi ini cuek bebek. Dia tak peduli jika harus kembali masuk penjara.
Saking cueknya, ia mangkir dari panggilan polisi pada 8 Februari lalu.
“Saya nggak datang dan nggak mau datang,†kata Nikita.
“Saya nggak datang dan nggak mau datang,†kata Nikita.
“Niki sih, sudah biarin aja lah, mau jadi tersangka mau apa lah terserah, pasrah saja,†sambungnya.
Sebagai informasi, dugaan terjadinya tindak pidana pengeroyokan dan penganiayaan yang dilakukan Nikita kepada Fia terjadi di Jalan WR Supratman, Bandung. Ketika itu, Fia mengaku dikeroyok lebih dari dua orang.
Selain Nikita, saat itu Fia ikut dipukuli Onadio Leonardo, vokalis band Killing Me Inside. Kejadian pengeroyokan tadi terjadi setelah sebelumnya Fia dan Nikita ribut mulut yang berujung pada aksi penganiayaan Golden Monkey. Setelah kejadian, baik Fia maupun Nikita saling melaporkan ke Poltabes Bandung atas tuduhan yang sama, penganiayaan disertai pengeroyokan.
Kembali ke Nikita. Dia sudah tak kaget lagi dengan dinginnya hotel prodeo. Seperti diketahui, ia pernah dipenjara karena kasus perkelahiannya dengan kakak-beradik Olivia dan Beverly Sandy.
“Nggak masalah, saya kan sudah pernah
nyobain (penjara) dua bulan. Kalau masuk lagi ya sudah lah,†ucap Nikita pasrah.
Ibu satu anak ini pun seperti menyindir pihak kepolisian dan hukum di Indonesia. Pasalnya, dia telah menghabiskan banyak uang untuk kasus Golden Monkey, namun permasalahannya tak kunjung tuntas.
“Hukum ujung-ujungnya uang. Yang salah siapa, yang benar siapa. Tetap saja dimintain uang,†curhatnya.
Sejumlah uang diklaimnya dihabiskan untuk menyewa jasa pengacara dan urusan remeh temeh lainnya. Bahkan, Niki sesumbar uang yang dikeluarkan sama dengan harga satu buah mobil mewah. “Kalau dari yang dulu sampai sekarang, bisa beli Alphard sih,†ungkap istri Sajad Ukra ini.
Selain oknum polisi, Nikita pun mengungkapkan kejengkelannya pada Yun Tjun, korban dugaan penganiayaan lainnya yang juga melaporkan dirinya ke Poltabes Bandung.
“Tinggal sama Yun Tjun sekarang. Kalau mau damai, Yun Tjun minta saya harus bayar segitu (Rp 300 juta). Yang minta uang damai Rp 300 juta itu bukannya Fia, tapi Yun Tjun dan pengacaranya,†beber Nikita.
Ditegaskan, saat ini dirinya sudah tidak mempunyai masalah hukum dengan Fia setelah sama-sama sepakat mencabut laporannya masing-masing atas tudingan penganiayaan di Poltabes Bandung pada 6 Februari 2014.
“Fia sudah mencabut laporan. Jadi saya sama dia tuh sudah damai. Nggak ada omongan soal itu,†jelas Nikita.
Terkait uang ‘palak’ itu, ia merasa banyak masyarakat menilai
public figure seperti dirinya memiliki uang sangat banyak sehingga bisa dengan mudah menghabiskan uang.
“Mungkin kalau Niki tukang jamu nggak akan mungkin sejauh ini. Karena saya
public figure, jadi mungkin persepsi mereka gudangnya uang,†keluh Niki.
Selama menjadi artis, dia mengaku selalu dibayar dengan cara mengutang.
Menurutnya, dia tidak pernah dibayar secara kontan setiap pekerjaan yang diterimanya di dunia hiburan. “Jangan salah, artis itu justru dibayarnya ngutang, nggak pernah
cash,†tandasnya.
Bintang film
Nenek Gayung ini kembali tak habis pikir mengapa dirinya ditetapkan sebagai terangka. Padahal dari visum yang sudah dilakukan, dirinya banyak mengalami luka lebam, terutama di bagian wajah. “Kecewa pasti lah, Niki yang bonyok, Niki yang rugi, Niki juga yang jadi tersangka,†sungutnya.
“Niki pikir ya sudah lah biarkan saja. Mau jadi tersangka kek, mau jadi apa kek, mau dipenjara kek, ya sudah lah,†imbuhnya.
Bicara soal fenomena artis nyaleg. Nikita tak mau memanfaatkan kesempatan untuk ikut-ikutan mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. “Nggak ya, otak Niki nggak sampai buat ke sana (politik),†akunya.
Baginya, terjun ke dunia politik bukan hanya bermodalkan tampang dan ketenaran nama saja. Melainkan harus mempunyai pikiran yang cerdas. Selain itu, kontribusinya sebagai aparat negara pun sangat dibutuhkan.
“Menurut saya sih, sebelum nyaleg harus bisa urus diri sendiri dulu. Kalau belum bisa, gimana mau ngurusin orang banyak,†sindirnya. ***