Partai Amanat Nasional (PAN) adalah partai Islam yang lahir dari rahim gerakan reformasi, dibidani oleh kader-kader Muhammadiyah. Kemudian, Muhammadiyah yang merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia mewakafkan tokohnya, Amien Rais, untuk mengelola dan membesarkan PAN.
"Di bawah komando Amien Rais dan dukungan Muhammadiyah, PAN menjadi partai besar di awal masa reformasi. Namun, tahun demi tahun elektabilitas PAN layu, dimulai sejak Amien Rais tidak lagi menduduki jabatan ketua umum," kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei Independen Nusantara (LSIN), Yasin Mohammad, dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi (Kamis, 20/2).
Perpecahan internal PAN, lanjutnya, adalah sumber masalah yang membuat PAN berjalan bertatih-tatih dalam panggung politik. Telah terjadi perbedaan paham kebangsaan di internal PAN dan tidak bisa dikondisikan oleh pengurus hingga sekarang.
Tidak ada titik temu antara petinggi Muhammadiyah dengan pengurus PAN berdampak pada kader-kader yang berpindah haluan ke parpol lain, baik kader nasionalis yang progresif maupun reformis.
Untuk memperbaiki elektabilitas, sebaiknya PAN kembali kepada awal berdirinya. PAN harus mengedepankan upaya menyatukan kader-kader Muhammadiyah. PAN juga harus memberikan posisi strategis terhadap kader-kader potensial Muhammadiyah untuk bersatu membesarkan PAN. Terakhir, PAN juga harus kembali membuka diri terhadap kader-kader nasionalis yang progresif.
"Dengan demikan PAN menjadi partai yang progresif, modern, dan dicintai rakyat sebagaimana era 1998," kata Yasin.
[ald]