Teori yang menyatakan bahwa kalau ingin mendapatkan perdamaian harus siap berperang mesti diubah. Yang lebih tepat, kalau ingin menghadirkan perdamaian harus membangun hubungan dan jalinan kerja sama antar negara.
"Kita harus bilang, keamanan (diciptakan) tidak harus dengan (melalui) senjata.Tapi, dengan relationship," ujar mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat menjadi pembicara pada acara launching kedua Mahathir Global Peace School dan kuliah umum "Global Peace and Conflict Resolution"di Kuala Lumpur, Malaysia (Senin, 17/2).
JK mencontohkan, China dan Taiwan sebenarnya berpotensi untuk berkonflik. Tapi potensi itu bisa dihilangkan dengan adanya kerja sama. Saat ini, banyak investor di China dari Taiwan. Mereka saling membutuhkan, dan akan lebih mudah membuat perdamaian.
"Apa artinya perdamaian? Hal yang kita buat karena ketakutan. Contoh Amerika sama Rusia 30 tahun lalu. Sekarang mereka berdamai. Contoh lainnya Eropa Barat dan Eropa Timur. Kenapa sekarang hanya ada Eropa saja karena kekuatan ekonomi, diplomasi, sehingga terbangun relasi yang baik," beber JK.
Sementara soal konflik yang pernah terjadi antara Malaysia dan Indonesia pada tahun 1960-an, karena adanya misinterpretasi pemerintah saat itu. Namun, setelah masa konfrontasi, pemerintahan kedua negara saat itu, Soeharto dan Mahathir, membuat pertemuan regular, termasuk lewat kebudayaan.
"Sampai sekarang berhubungan baik. Kerja sama terjalin. Malaysia berinvestasi di Indonesia. Banyak pekerja Indonesia di Malaysia," ungkapnya.
Selain kerja sama di antara negara, cara lain untuk menciptakan perdamaian, tidak boleh ada eksploitasi antarsatu negara dengan negara lain. Di Afrika kerap terjadi konflik, karena adanya ekploitasi terhadap sumber daya alam mereka. Dan juga tidak ada ketimpangan harus diciptakan.
"Misalnya, kita jual baju dan sepatu US$ 30, tapi Amerika jual ke kita US$ 60. Jadi keseimbangan ekonomi akan mengubah sistemnya. Ini satu cara, kekuatan ekonomi yang sama dan tak ada eksploitasi SDA," tegasnya.
JK juga menyinggung soal konflik antarmasyarakat di sebuah negara. Dia mencontohkan, konflik ada yang di Aceh, Ambon, dan Poso. Menurutnya, konflik tersebut terjadi karena adanya ketidakadilan ekonomi sehingga mereka tidak bisa membangun sebagaimana mestinya. Ketua Palang Merah Indonesia ini menambahkan, untuk mengatasi konflik dibutuhkan kompromi. Kompromi meniscayakan dialog.
"Itu yang kami lakukan di Aceh, Ambon, dan Poso," tandas JK yang
menjadi juru damai Aceh, Ambon dan Poso ini.
[zul]