Dalam sejarah Indonesia merdeka, rakyat diperkenalkan dengan berbagai Orde dari rezim yang memerintah. Sebelumnya dikenal Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi. Sementara 10 tahun terakhir di bawah kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono ini, disebut sebagai Orde Citra dan Korup.
Penilaian itu disampaikan Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid, DR Rizal Ramli, di sela-sela peresmian Rumah Usaha Kreatif Masyarakat (UKM), di desa Gondosuli, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu (12/1).
Ekonom senior ini mengungkapkan itu karena selama 10 tahun kekuasaannya, rezim SBY minim prestasi yang dihasilkan. Pasalnya, presiden dan para menteri kabinetnya sibuk membangun citra dengan bermacam iklan dan propaganda tanpa kinerja nyata.
Pada saat yang sama, karya utama SBY adalah meningkatkan jumlah utang luar negeri Indonesia dengan luar biasa besarnya. Di awal pemerintahannya, utang Indonesia sebesar Rp1.000 triliun. Kini jumlahnya melonjak naik Rp 1.000 triliun menjadi Rp2.300 triliun lebih.
Tak hanya itu, pada masa pemerintahan SBY, rakyat seperti menjadi yatim piatu. Rakyat harus berjuang sendiri menghadapi beratnya beban hidup akibat himpitan kenaikan harga berbagai barang dan jasa.
Pertumbuhan ekonomi yang dibangga-banggakan pun lebih banyak karena berkah situasi eskternal, terutama tingginya harga komiditas primer di pasar internasional selama 10 tahun terakhir dan juga ditopang arus masuk dana di pasar keuangan.
Karena itu, sambung Capres Konvensi Rakyat ini, tidak berlebihan jika pada beberapa waktu lalu dikenal istilah negara auto pilot, negara tanpa pilot. Namun ketika harga komoditas turun dan uang panas di pasar finansial kembali ke negara-negara maju, ekonomi mulai bermasalah dan memasuki ‘lampu kuning’.
"Adalah fakta sejarah, bahwa tiap-tiap presiden punya ciri khas. Soekarno membawa pesan pentingnya menjaga dan mempertahankan kemerdekaan. Soeharto pentingnya pembangunan. Habibie pentingnya kebebesan pers. Megawati pentingnya peranan wanita. Dan, masa SBY menunjukkan pentingnya sebuah negara tanpa presiden,†ujar Rizal di hadapan sekitar 2.000 orang yang memadati Balai Desa Gondosuli.
[zul]