Menko Perekonomian Hatta Rajasa dan sejumlah pejabat terbang ke Singapura guna menjajaki investor yang mau membangun kilang minyak di Indonesia.
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Bambang Brodjonegoro menjelaskan, ada sekitar 20 perusahaan yang diajak Hatta untuk market consultation.
“Di sana kami mau mendengarkan investornya maunya apa, tapi kami juga kasih tahu yang kami mau siapkan,†kata Bambang di Jakarta, kemarin.
Anggota Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Fanshurullah Asa mengatakan, Singapura bisa menjadi pusat perdagangan migas di Asia Tenggara karena memiliki kilang minyak yang paling canggih di dunia.
“Singapura membeli banyak minyak mentah dari mana-mana, lalu diolah menjadi produk jadi yakni BBM, lalu diekspor ke berbagai negara salah satunya ke Indonesia,†ujar Fanshurullah.
Namun, menurut dia, langkah Indonesia mengimpor BBM dari Singapura ini menuai keanehan. Sebab, Singapura merupakan negara yang tidak punya lapangan atau sumur migas.
“Lucu kan, kita justru impor BBM dari Singapura. Padahal mereka tidak ada eksplorasi maupun eksploitasi migas di negaranya,†katanya.
Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara mengatakan, pemerintah tidak pernah serius mengupayakan pembangunan kilang di dalam negeri. Dia juga menanggapi dingin upaya pemerintah yang akan mengadakan konsultasi pasar dengan investor di Singapura terkait pembangunan kilang minyak.
“Saya protes keras dan mengecam pemerintah yang sengaja mengulur-ulur waktu pembangunan kilang. Patut dicurigai ada mafia yang menghambat upaya ini,†tegas Marwan.
Menurut Marwan, pemerintah seharusnya memiliki alasan tegas dalam rencana pembangunan kilang minyak, dalam rangka bisnis atau untuk ketahanan energi. Untuk itu, pemerintah harus memilih salah satu dari alasan tersebut.
“Kilang tidak bisa dibangun jika dua unsur ini ingin dimasukkan,†ungkapnya.
Dia menilai, apabila langkah yang diambil pemerintah dalam rangka ketahanan energi, maka wajar jika ada investor meminta keringanan pajak. Sebagaimana yang diminta salah satu investor yang urung membangun kilang, yaitu Kuwait Petroleum Corporation (KPC).
Saat acara temu bisnis Indonesia-Iran di Jakarta, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengatakan, salah satu investor dari Iran, Iran Nakhle Barani Pardis telah menandatangi memorandum of understanding (MoU) dengan Indonesia Kreasindo Resources untuk membangun kilang di Indonesia.
Mahendra menjelaskan, kesepakatan kedua perusahaan untuk membangun kilang itu bernilai 3 miliar dolar AS. Untuk itu, kedua perusahaan akan melakukan studi kelayakan terlebih dahulu sebelum mengeksekusi pembangunan kilang minyak tersebut. ***