Berita

foto: net

Bisnis

Masalah Merpati Lebih Mudah, Kuncinya di Pemerintah

SABTU, 08 FEBRUARI 2014 | 12:52 WIB | LAPORAN:

Pihak pemerintah dan legislatif perlu menyelesaikan permasalahan maskapai Merpati dengan serius dan komprehensif. Pasalnya, persoalan tersebut melibatkan kepentingan masyarakat banyak dan fungsi salah satu maskapai tertua di Indonesia itu.

Menurut pengamat BUMN, Sunarsip, Merpati selalu menderita kerugian secara finansial sejak tahun 2001 hingga saat ini. Upaya yang telah dilakukan pemegang saham masih tidak menyelesaikan masalah.

"Pemerintah melakukan strategic sales. Dengan cara itu, pemerintah berharap agar bisa mendapatkan investor yang memiliki kemampuan manajemen finansial lebih baik daripada Merpati," ujarnya dalam diskusi "Sayap Patah Merpati" di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (8/2).


Namun, solusi itu memiliki masalah lantaran tidak adanya investor yang ingin menanam modal dalam perusahaan penerbangan yang defisit dan memiliki income rendah dari bentuk penerbangan perintisnya. Kedua, pemerintah juga memberi suntikan dana sebanyak Rp 3 triliun sejak tahun 2005, yang dilakukan secara bertahap.

Bukan sekali ini saja maskapai pelat merah alami masalah besar. Bahkan, Garuda Indonesia pun pernah mengalami persoalan yang lebih besar. Sunarsip membandingkan kondisi Merpati saat ini dengan kondisi Garuda pada tahun 2006 yang memiliki utang sekitar 1,2 miliar dolar AS atau Rp 12 triliun.

Permasalahan Merpati saat ini lebih mudah ditangani ketimbang Garuda. Alasannya, sebagian besar dari Rp 6,7 triliun utang Merpati berada pada perusahaan milik negara lainnya seperti Pertamina, PT Angkasapura dan sebagainya.

"Jadi, ini kuncinya ada di pemerintah," demikian Sunarsip.

Merpati menghentikan aktivitas penerbangannya karena utang yang melilitnya. Akibatnya, sebagian besar rute penerbangan yang dilalui maskapai itu tidak lagi memiliki angkutan transportasi udara. Kondisi ini diperburuk dengan belum dibayarnya gaji pilot dan pegawai Merpati selama 3 bulan. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya