Berita

Philips Vermonte/net

Politik

Jangan Wariskan Sistem Katro, Presiden Perlu Hak Veto

SABTU, 01 FEBRUARI 2014 | 12:27 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Sistem presidensial dan sistem multipartai adalah kombinasi yang sulit. Walau sulit, bukan tidak mungkin dikombinasikan. Syaratnya adalah partai presiden punya cukup kursi di parlemen.

Demikian disampaikan peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Philips Vermonte, melalui akun twitternya, @pjvermonte, beberapa saat lalu (Sabtu, 1/2).

Ia mengecualikan hasil pemilu tahun 2004. Saat itu Partai Demokrat hanya punya suara dan kursi dalam jumlah kecil, tapi pemerintahan SBY-JK berhasil baik. Penyebabnya, Golkar "diambil" JK yang juga Wapres setelah pemilu.


"Tapi tahun 2004 itu adalah exception rather than rule. Karena saat periode keduanya dimulai pada 2009, Presiden SBY disandera," kata Philips.  

"Let's say 2004 koalisinya kooperatif. Tahun 2009 'koalisi' tidak disiplin; dan itu expected karena banyak faktor, diantaranya karena semua tahu SBY tidak akan jadi calon lagi 2014," ujarnya.

Parpol koalisi melihat posisi di kabinet sebagai sumber daya politik dan kemungkinan besar sebagai sumber ekonomi. Maka sepanjang 2009-2014, publik melihat silang sengkarut kepentingan SBY bersama Partai Demokrat dan partai-partai lain dalam kabinet.

"Karena itu bisa dikatakan kombinasi presidensialisme dan multipartai tetap sulit," terangnya.

Masih menurut Philips, sistem presidensial perlu diperkuat dengan beberapa cara, misalnya menyederhanakan jumlah partai dan juga koalisi terbatas. Cara lain yang jarang dibahas dalam sistem kita adalah memberi beberapa hak veto pada presiden terhadap DPR.

"Itu agenda pasca 2014. Civil society, akademisi, parpol harus siap-siap diskusi dan memperbaiki. Masak mau mewarisi sistem katrok ke anak-anak? Malu," tutup Philips. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya