Berita

Kematian Tan Malaka Harus Diperingati Secara Nasional

SENIN, 27 JANUARI 2014 | 18:23 WIB | LAPORAN:

Keluarga dari Pahlawan Nasional Ibrahim Datuk Tan Malaka atau yang dikenal dengan nama Tan Malaka meminta pemerintah segera menetapkan hari kematian Tan Malaka sebagai hari nasional.

Kematian tokoh nasionalis-kiri yang disegani para Bapak Bangsa itu memang sempat misterius, namun kini semakin terang. Yang paling berjasa besar adalah seorang peneliti senior dari Koninklijk Instituut voor Taal, Land-en Volkenkunde (KITLV), Leiden, Belanda, Harry A. Poeze.

Harry A. Poeze melakukan penelitian mendalam tentang kelahiran, kehidupan dan kematian Tan. Dari penelitiannya, ia yakin bahwa Tan Malaka ditembak mati pada tanggal 21 Februari 1949 oleh Tentara Nasional Indonesia.


Keluarga meminta pemerintah menetapkan di antara tanggal 19-21Februari sebagai hari nasional untuk mengingat tokoh yang sudah diangkat negara sebagai pahlawan nasional sejak 1963 itu.

Keponakan Tan Malaka, Zulfikar Kamarudin, mengaku pihak keluarga yakin dengan hasil penelitian Poeze yang menemukan bukti Tan Malaka ditangkap di Kediri pada 19 Februari 1949, dan dimakamkan di Selopanggung pada 21 Februari 1949.

"Harapan kami ada tanggal yang penting, antara tanggal 19-21 Februari atau sebelum tanggal 19 Februari. Karena 19 Februari itu adalah hari hilangnya Tan Malaka dan 21 Februari hari dimana Tan Malaka dieksekusi," ungkapnya saat pertemuan dengan wartawan di kediamannya di Jalan Keuangan I, Cilandak Barat, Jakarta Selatan, Senin (27/1)

Lanjut Zulfikar, kontroversi Tan Malaka dikarenakan pemerintah Orde Baru yang selalu menutupi fakta bahwa Tan Malaka merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia melalui pemikiran dan tindakannya yang anti penjajahan.

"Kematian Tan Malaka, disembunyikan dan tidak diungkap oleh pemerintah Orde Baru, sebagaimana proses tertembaknya, siapa yang mengeksekusi," ujar anak dari Kamarudin Rasad, adik Tan Malaka itu.

Di kesempatan yang sama, Sejarawan Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI)  Asvi Warman Adam menjelaskan tanggal diduga meninggalnya Tan Malaka.

"Diprediksi tanggal 21 Februari Tan Malaka telah meninggal, namun secara faktual kita tidak tahu pastinya. Tan Malaka ditembak mati Suradi atas perintah Letnan Satu Sukoco, yang terakhir berpangkat Brigadir Jendral dan pernah menjadi Gubernur Surabaya," ujar Asvi

Fakta tersebut dilengkapi Harry A. Poeze yang mendedikasikan hidupnya untuk Tan Malaka melalui penelusuran dokumen-dokumen sejarah. Harry menerangkan bahwa keterangan sejumlah orang yang ikut pergerakan di tahun 1949 menyebut Tan Malaka berada di wilayah sekitar Kediri untuk melakukan pergerakan. Pada pertengahan Februari Tan Malaka diculik, lalu nasibnya tidak lagi diketahui.

Ada bukti makam orang yang tidak jelas identitasnya di samping Makam Tokoh Masyarakat Selopanggung. Harry menjelaskan, hasil wawancara atas sekitar dua puluh orang warga Selopanggung yang mengetahui peristiwa di sekitar Februari 1949 mengungkap bahwa TNI sempat bersusah payah membangun makam di kawasan Selomangleng pada Februari 1949, namun tak satu pun orang yang tahu siapa yang dimakamkan.

Dalam penggalian makam pada tahun 2009 lalu, ditemukan jenazah sedikit banyak mirip dengan ciri-ciri fisik Tan Malaka, yakni laki-laki ras mongoloid dengan tinggi sekitar 165 sentimeter. Secara anthropologis dan secara ilmu kesejarahan jenazah laki-laki ras Mongoloid di Selopanggung dengan tinggi sekitar 163-165, sangat mirip dengan ciri-ciri Tan Malaka yang didapat Harry dari arsip Kepolisian Hindia Belanda. Apalagi jenazah tersebut ditemukan dengan tangan yang posisinya terikat ke belakang. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya