Berita

foto: net

Nusantara

Lebih Berbahaya Kondisi Setelah Banjir

RABU, 22 JANUARI 2014 | 11:35 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Ancaman bencana banjir justru lebih berbahaya pada kondisi setelah bencana. Berbagai macam penyakit akan menimpa para korban.

Hal itu disampaikan dr. Taufiq Pasiak, salah seorang relawan medis di lokasi-lokasi pengungsian pascabanjir bandang yang menerjang kota Manado, Sulawesi Utara dan sekitarnya, lewat rilis yang dikirimkan Media Relations Staff Aksi Cepat Tanggap (ACT) Lingga Permesti. Menurut dr. Taufik, penyakit setelah banjir akan lebih berbahaya dari bencana banjir itu sendiri.

"Ada yang lebih berbahaya setelah banjir, yaitu ancaman penyakit seperti diare, ISPA, serta penyakit-penyakit yang ditimbulkan bakteri dari sampah-sampah yang menumpuk," ujar dia.


Ia mencontohkan penyakit diare. Orang yang terkena diare mengeluarkan air dari dalam tubuh, sementara persediaan air bersih juga sangat minim di saat banjir sudah surut.

"Karena itu, langkah tepat bagi semua pihak yang bekerja di lokasi bencana untuk memperhatikan kebutuhan air bersih, serta segera membersihkan tumpukan sampah," jelasnya.

Selain diare, kata dia, penyakit lainnya yang juga akan mengancam para pengungsi bencana adalah infeksi saluran pernafasan (ISPA) serta berbagai penyakit yang diakibatkan dari tumpukan sampah. Satu dua pekan setelah bencana, ancaman penyakit harus menjadi perhatian serius bagi semua pihak.

Dokter yang berpengalaman menangani pengungsi di berbagai bencana ini mengingatkan, layanan kesehatan dan ragam aksi peduli sosial jangan hanya terfokus di fase darurat. Ancaman penyakit yang lebih besar justru muncul beberapa hari setelah bencana.

Satu lagi yang diingatkannya dan tak boleh dianggap sepele adalah Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau stres trauma akibat bencana.

"Ini bukan kesalahan perilaku. Ini penyakit dan harus ditangani segera," tegasnya.

Gejala PTSD muncul beberapa hari setelah bencana, dalam kondisi batin tertekan akibat musibah, lelah dan pikiran kacau. PTSD tidak boleh dianggap enteng karena efeknya sangat besar.

"Orang bisa bunuh diri akibat PTSD, ini tidak boleh dibiarkan. Harus ada tim yang segera membantu mengatasi penyakit ini," jelasnya. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya