Usai menyampaikan visi dan misi, panelis konvensi Partai Demokrat, Thamrin Tamagola melontarkan pertanyaan kepada Capres Partai Demokrat Marzuki Alie soal polemik kontrak karya PT Freeport di Indonesia.
Menjawab pertanyaan itu, Ketua DPR RI ini mengatakan kalau dirinya memahami masalah dan penderitaan yang dialami masyarakat Papua yang dirugikan oleh kontrak karya dengan perusahaan tambang Amerika Serikat tersebut.
Terhadap persoalan itu, Marzuki berjanji kalau dia dipercaya rakyat menjadi presiden, maka kontrak karya itu akan direvisi.
"Kalau saya jadi presiden, saya tetap akan menghormati kontrak yang sudah dibuat, tapi kalau merugikan Indonesia, wajib direvisi," tegasnya usai memaparkan visi dan misinya di acara Meet The Press Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat di Jalan Pati Unus, Jakarta Selatan, Kamis (9/1).
Dia menegaskan, jika bicara kontrak, tidak boleh hanya satu pihaknya saja yang untung. Sedangkan pihak lain rugi terus. Dan selama ini kontrak karya itu tidak menguntungkan Indonesia, terutama bagi masyarakat Papua.
"Untuk bisa menegosiasikan hanya bisa dilakukan oleh bangsa yang bermartabat. Makanya saya ingin mewujudkan Indonesia sebagai bangsa bermartabat," tegas Marzuki Alie.
Dalam kesempatan itu, Marzuki sebagai ketua DPR membeberkan kalau pihaknya pernah bertemu dengan CEO Freeport. Kedatangan petinggi perusahaan itu terkait dengan adanya demo karyawan Freeport yang demo menuntut perbaikan upah. Kepadanya, CEO Freeport itu bercerita kalau sudah mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk corporate sosial responsibility.
"Saya bilang saya tidak mau melihat angka-angka saja, tapi saya mau melihat peradaban masyarakat Papua yang masih tertinggal dan seperti tidak ada kontribusi dari Freeport. Dia tidak bisa menjawabnya," ungkap Marzuki.
Mantan Sekjen DPP Partai Demokrat ini pun menceritakan kondisi masyarakat Papua bahwa jika Freeport memberikan hak masyarakat Papua sejak lama, maka kondisi masyarakat Papua terutama yang di pedalaman tidak seperti saat ini.
"Orang Papua kehidupannya bukan lebih baik. Berarti ada yang salah kan," demikian Marzuki.
[rus]