prabowo-Din Syamsuddin/net
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto sangat memungkinkan untuk menggaet Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin pada Pemilihan Presiden 2014 mendatang.
"Itu mungkin-mungkin saja. Karena Prabowo tokoh nasionalis, biasanya ingin menggandeng kalangan atau representasi kekuatan politik Islam. Pak Din, Ketua Muhammadiyah, salah satu dari dua ormas Islam terbesar di Indonesia," jelas Direktur Indo Baromoter, M. Qodari kepada Rakyat Merdeka Online pagi ini (Kamis, 9/1).
Apalagi, sambung Qodari, skema itu sudah pernah terjadi pada Pemilu 2004, saat capres Golkar Wiranto menggandeng tokoh Nahdlatul Ulama Salahuddin Wahid, dan Megawati memilih Ketua Umum PBNU saat itu, Hasyim Muzadi, sebagai calon wakil presiden.
Namun, Qodari mengingatkan, kemungkinan Prabowo-Din ini sangat tergantung apakah Gerindra bisa mengajukan pasangan sendiri tanpa harus koalisi. "Kalau suaranya cukup, keputusan menentukan calon wakil ada di tangan Prabowo, mau gandeng orang partai atau ormas," ungkapnya.
Sementara kalau suara Gerindra tidak cukup, harus berkoalisi, misalnya dengan Partai Amanat Nasional. Partai yang diajak berkoalisi biasanya mengajukan ketua umumnya sebagai cawares.
"Kalau skema ini terjadi, kemungkinan (Prabowo) gandeng Hatta Rajasa. Bukan Din Syamsuddin. Apalagi Gerindra sudah nyaris berkoalisi dengan PAN pada 2009 lalu. Sudah sempat ada wacana, cawapresnya Mas Tris (Soetrisno Bachir)," ungkapnya.
Menurutnya, dibanding Din, Hatta Rajasa punya tiga kelebihan kalau mau digandeng Prabowo. Pertama, Hatta, lewat PAN, bisa memback-up suara Gerindra untuk bisa mengajukan pasangan capres-cawapres. Sementara Muhammadiyah tidak bisa melakukan itu karena dia hanya ormas.
"Hatta juga bisa representasi tokoh Islam. Apalagi, PAN itu dengat dengan Muhammadiyah. Kalau Pak Din, hanya dapat jaringan (Muhammadiyah), nggak bisa mendukung pencalonan. Karena ormas. Dan harus diingat, ormas itu sangat cair. Itu yang terjadi dalam konteks Hasyim Muzadi. NU saja yang ada kiainya begitu. Apalagi di Muhammadiyah," ungkapnya.
Apakah saat ini PAN masih bisa diidentikkan dengan Muhammadiyah?
"Kalau di kalangan elit ada jarak, tidak terlalu dekat. Tapi kalau tingkat bawah, tetap ada
network Muhammadiyah di dalam PAN. PAN kan dirikan tokoh Muhammadiyah Amien Rais, yang kemudian menjadi ketuanya," jawabnya.
Sementara ketiga, dibanding Din, Hatta punya nilai tambah. Hatta Rajasa sudah berpengalaman di pemerintahan, dan menguasai ekonomi.
Meski begitu, sambung Qodari menambahkan, tetap saja Prabowo berpeluang menggandeng Din Syamsuddin sebagai cawapres meski juga berkoalisi dengan partai-partai lain. Din Syamsuddin bisa mendapat bola muntahan seperti yang dialami Boediono pada Pemilu 2009 lalu saat digandeng SBY.
"Karena banyak partai yang berkoalisi dengan Gerindra, bisa saja akhirnya pilihan jatuh ke Pak Din. Tapi ya, Gerindra harus seperti Demokrat saat 2009 lalu," demikian Qodari.
Kemarin, Prabowo Subianto mengunjungi kantor PP Muhammadiyah. Prabowo menilai, kader Muhammadiyah layak mendampinginya pada Pilpres mendatang. Sinergi di Pilpres tersebut, menurut Din menimpali, bisa terwujud apabila ia mendapat izin dari pengurus Muhammadiyah.
[zul]