Berita

ilustrasi

On The Spot

Piagam Dipajang Di Dinding, Miniatur Kereta Di Atas TV

Kangen Sofyan Hadi, Keluarga Kunjungi BPTP Bekasi
RABU, 25 DESEMBER 2013 | 10:34 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

9-12-2013, pukul 11.25 WIB, tragedi Bintaro II terjadi. Tepat di pintu perlintasan Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan, kereta commuter line 1131 bertabrakan dengan truk tangki PT Pertamina berisi 24 ribu liter BBM.

Lebih dari 80 orang menjadi korban. Tujuh di antaranya tewas. Termasuk masinis Darman Prasetyo (25), asisten masinis Agus Suroto (24) dan teknikis Sofyan Hadi (20).

Jumlah korban tewas bisa ditekan lantaran sebelum tabrakan awak kereta memerintahkan para penumpang yang menempati gerbong pertama (gerbong wanita) untuk pindah ke belakang.

Dua pekan peristiwa itu telah berlalu. Namun, suasana duka masih terasa di rumah bernomor 14 di Gang Mawar III RT 02 RW 04, Kelurahan Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi.

Pelayat masih berdatangan ke rumah keluarga Sofyan Hadi. “Kemarin ada datang dari korban Bintaro juga. Dia selamat,” ujar Ade Rukim, ayah Sofyan Hadi ketika ditemui Selasa (24/12).

Cukup sulit mencari kediaman Sofyan Hadi. Rumahnya berada di kawasan perkampungan sering disebut “Bekasi Kidul” atau Bekasi Selatan. Dari Jalan Raya RA Kartini, terdapat sebuah gang kecil selebar satu meter bertuliskan Gang Mawar III. Sekitar 15 meter dari mulut gang terdapat rumah petak berukuran 4x10 meter.

Di kaca kamar depan rumah bercat biru terdapat tulisan “Sofyan Hadi Bin Ade Rukim. Lahir 20 Juni 1993, wafat 9 Desember 2013”. Tulisan ini sengaja untuk memudahkan pelayat menemukan rumah Sofyan Hadi.

Sepeninggalan Sofyan Hadi, rumah itu hanya dihuni Ade Rukim dan istrinya Amelia. Sofyan adalah anak bungsu pasangan ini. Tiga kakaknya: Suryani, Dewi dan Khaerunnisa semuanya telah menikah dan ikut suami.

Hanya sesekali mereka menemani Ade dan Amelia di rumah duka. Siang kemarin, Suhaimi datang untuk melipur lara putrinya, Amelia yang lain ibu Sofyan Hadi.

“Khaerunisa baru dua bulan menikah, tapi kadang menginap temani ibunya,” ungkap Ade.

Ade mengaku berat kehilangan putra satu-satunya. Sebab, selama ini dia selalu berbakti kepada orang tua. Pemuda yang rajin beribadah itu juga tak pernah membuat masalah.

Sejak Sofyan tewas dalam kecelakaan tabrakan commuter line dengan truk tangki, pihak keluarga mendapat santunan dari Jasa Raharja, dan Jamsostek. Banyak warga yang simpati dan memberikan bantuan.

Ade yang bersedia menyebutkan santunan yang diterima keluarganya atas kematian Sofyan Hadi. “Rata-rata yang memberi bantuan pesan jangan diberitahu dari mana,” ujar pria yang mengenakan baju hitam itu.

Ade berterima kasih kepada PT KAI, instansi tempat putranya bekerja sebelum meninggal. Sofyan Hadi belum lama bekerja sebagai tenaga kontrak di BUMN ini. Masa dinasnya baru beberapa bulan. Satu bulan pelatihan lalu dua bulan mendampingi masinis mengoperasikan commuter line.

PT KAI mengangkat Sofyan Hadi sebagai tenaga tetap. Dengan status itu, keluarganya berhak atas uang pensiun. Tak hanya itu, perusahaan pelat merah yang dipimpin Ignatius Jonan itu menawarkan pekerjaan untuk anggota keluarga ini.

Ade pun menyodorkan nama putri ketiganya, Khaerunnisa untuk bisa bekerja di PT KAI. “Tadi siang saya ke Stasiun Beos (Jakarta Kota) bertemu dengan Pak Putut untuk berikan berkasnya Khaerunisa. Belum tahu kapan masuk kerjanya. Tunggu panggilan.

Di usia yang telah lebih dari 50 tahun, Ade mengaku tak memiliki penghasilan tetap. Untuk menghidupi keluarganya, dia kerja serabutan. Kadang menjadi sopir angkutan barang. Sejak tiga tahun lalu, Ade berhenti sebagai sopir jurusan Bekasi-Cikarang.

Istrinya, Amelia ikut membantu ekonomi keluarga dengan menjadi pembantu rumah tangga tak menginap. Pekerjaanya mencuci baju, menyetrika dan bersih-bersih rumah.

Azan Ashar berkumandang, Ade terdiam sejenak dan menyeruput kopi yang disediakan sang istri. Duduk lesehan di ruang tamu, dia memandangi foto Sofyan berukuran besar yang dibingkai. Foto itu dipajang di dinding ruang tamu. Disampingnya, piagam penghargaan dari PT KAI.

“Ada tiga yang dikasih PT KAI: foto, piagam, sama miniatur kereta api,” kata Ade sembari menunjuk miniatur kereta api yang diletakkan di atas televisi cembung berwarna hitam.

Keluarga ini punya rutinitas baru sejak Sofyan Hadi meninggal. Ade mengaku rajin berziarah ke makam putranya di Kampung Poncol Jati Bekasi, Jawa Barat. Selain itu, keluarga ini juga sering mengunjungi Balai Pelatihan Teknik Perkeretaapian (BPTP) Bekasi di Jalan Perjuangan Nomor 25, Kota Bekasi.

Ade menuturkan, berziarah ke makam Sofyan Hadi setiap dua hari sekali. Ini untuk mengobati rasa rindu terhadap si bungsu. Sejumlah kerabat juga silih berganti meminta diantar ke makam yang berjarak hanya beberapa kilo dari rumah Ade.

Ade berkunjung ke BPTP jika ingin mengenang perjuangan anaknya untuk menjadi teknisi kereta. Ia sudah kali mengunjungi tempat ini. Tiga kali untuk mengantar Sofyan Hadi menempa pendidikan. Sisanya telah anaknya tiada.

“Sekarang balai pelatihan itu dinamai Sofyan Hadi, ada dua papan nama anak saya. Pertama di depan dan di atas pintu masuk. Jujur, saya bangga dengan anak saya,” ujar dengan suara bergetar.

Pekan lalu, PT KAI mengabadikan nama tiga awak kereta api commuter line 1131 yang tewas dalam kecelakaan di pelintasan Bintaro, Jakarta Selatan.

Nama masinis Darman Prasetyo diabadikan di Balai Pelatihan Teknik Traksi Yogyakarta. Kawah candradimuka bagi para masinis dan asistennya ini diganti menjadi Balai Pendidikan dan Latihan Darman Prasetyo.

Nama asisten masinis Agus Suroto dilekatkan pada Balai Pelatihan Operasi dan Pemasaran Bandung. Tempat mencetak tenaga operasional, seperti pemimpin perjalanan dan kondektur, ini selanjutnya bernama Balai Pendidikan dan Latihan Agus Suroto.

Sedangkan Sofyan Hadi, teknisi kereta api, namanya diabadikan di Balai Pelatihan Teknik Prasarana Bekasi. Tempat pendidikan bagi teknisi rel dan kereta api ini selanjutnya diberi nama Balai Pendidikan dan Latihan Sofyan Hadi.

“Ini bentuk penghormatan kami kepada karyawan terbaik. Semoga kiprah mereka bisa jadi kenangan yang baik bagi kami semua,” kata Kepala Humas PT KAI Daerah Operasi I Jabodetabek Sukendar Mulya.

Datang Melayat, Korban Ceritakan Aksi Heroik Sofyan

Sofyan Hadi, teknisi yang tewas dalam peristiwa tabrakan antara commuter line dengan truk tangki Pertamina di perlintasan Pondok Betung, Bintaro, diabadikan menjadi nama balai pelatihan awak kereta di Bekasi.

Ade Rukim, ayah Sofyan Hadi bangga dengan sikap anaknya yang memerintahkan penumpang di gerbong pertama pindah ke belakang sebelum tabrakan. Walaupun akhirnya Sofyan Hadi ikut tewas dalam tabrakan.

Ade mengatakan, puluhan korban yang selamat menyampaikan terima kasih kepadanya atas sikap heroik anaknya.

“Dari rumah sakit, sampai sini banyak yang cerita diselamatkan oleh Sofyan. Saya bangga punya anak seperti dia,” ujar Ade.

Semua korban menceritakan hal sama: Sofyan keluar dari kabin masinis, menuju gerbong satu dan berteriak kalau kereta akan tabrakan. Sofyan juga meminta dan membantu penumpang pindah ke belakang. “Ada ibu-ibu datang (melayat) bilang terima kasih dibantuin evakuasi,” tutur Ade.

Masih berdasarkan cerita yang disampaikan korban yang selamat bahwa putranya --yang sejak kecil bercita-cita jadi masinis itu-- memilih kembali ke kabin masinis. Jika kabin masinis tidak ditutup, api yang menjilat saat kereta menabrak truk tangki dapat cepat menembus gerbong penumpang.

Tindakan itu ternyata merenggut nyawanya. Juga nyawa masinis Darman Prasetyo, dan asisten masinis Agus Suroto. “Saya awalnya nggak percaya (cerita itu), tapi karena banyak yang bilang, saya merasa bangga,” ujarnya.

Menurut Ade, rasa cinta putranya terhadap kereta api sangat tinggi. Berawal saat dirinya memberikan mainan satu set kereta api ketika dia masuk SD. Beranjak dewasa, Sofyan mengaku ingin menjadi masinis.

Perjuangan untuk bisa bekerja di PT KAI yang ditempuh Sofyan tidak mudah. Lulus SMK Karya Guna Bekasi, jurusan otomotif tahun 2010, dia sudah mengikuti tes masuk teknisi kereta api.

Tes hanya sekali dibuka dalam setahun. Dua kali gagal, Sofyan lulus ditahun ketiga. Mulai 2013, Sofyan itu diterima sebagai teknisi kereta. “Sofyan sering cerita senang sekali jadi teknisi. Tugasnya manasin kereta, dan cek gerbong,” kenangnya.  “Di tasnya (Sofyan) selalu ada obeng dan senter, dia itu tugasnya pagi buta manasin mesin kereta,” tambahnya.

Sebelum bekerja di PT KAI, menurut Ade, putranya itu selalu mengeluh bekerja di pabrik. Dia kerap pindah-pindah tempat kerja lantaran tidak kerasan. Sofyan begitu ceria ketika bekerja di kereta api, sebagaimana cita-citanya menjadi seorang masinis.

“Sofyan cerita mau kuliah. Tapi karena bapaknya ngga punya duit dia kerja. Kuliah juga katanya buat naik jabatan di PT KAI,” pungkasnya.

Bolak-balik Pamit Ke Ibunya Sebelum Berangkat Tugas


Amelia, ibu kandung Sofyan Hadi, mengaku sulit tidur lantaran selalu mengingat putra bungsunya itu. Dia masih sulit menerima kenyataan anaknya yang jadi awak commuter line 1131 ikut tewas dalam tabrakan di perlintasan Pondok Betung, Bintaro, 9 Desember lalu.

Sehari sebelum musibah, tepatnya pukul 3 sore hari Minggu (8/12). Amelia heran dengan sikap putranya yang seperti minta dimanja. Sore itu, Sofyan berpamitan untuk bertugas di Serpong, Tangerang Selatan. Sebelumnya dia akan menginap di Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Yang dikenang Amelia adalah pakaian serba baru yang dikenakan putranya. Seragam kemeja putih, celana hitam lengkap dengan dasi yang baru dia dapat dari PT KAI. Sofyan Hadi juga mengenakan jaket merah bertuliskan klub sepakbola asal Jerman kesayangannya, Bayern Muenchen.

Jaket itu, dibeli beberapa waktu lalu dan baru hari itu digunakan. Dikatakan Amelia, anaknya sangat senang dengan jaket itu hingga tidak pernah digunakan. “Gimana, ganteng ngga anak Emak pakai dasi,” kata Sofyan yang ditirukan Amelia.

Sang ibu pun menjawab, “Pokoknya Pian (Sofyan) anak Emak paling ganteng.”

Durasi berpamitan pun dirasa wanita berjilbab hitam itu cukup lama, lebih dari 10 menit. Biasanya, Sofyan tidak banyak bercanda saat berpamitan dengan orang tuanya. Hanya cium tangan dan berlalu menuju stasiun kereta diantarkan sang ayah menggunakan sepeda motor.

Lebih dari 10 menit, Ade Rukim, sang ayah sempat bertanya mengapa cukup lama Sofyan berpamitan. Sementara mesin motor yang berada di depan rumah, sudah dinyalakan. Namun, Sofyan tidak menjawab dan hanya tersenyum.

Sudah ingin menaiki motor, Amelia kembali dikejutkan putranya itu dengan turun dari motor dan kembali berpamitan dengan sang ibunda. Pertanyaannya, sama,“Pian ganteng kan Mak? Pian pesen Mama sama Bapak yang akur ya,” pesan Sofyan ditirukan Amelia. Sang ibu menjawab singkat,“Iya.”

“Sampai pergi dia minta bapaknya berhenti lagi dari jendela dan bilang pamit sama saya,” kisah Amelia sembari menunjuk jendela kaca yang berada disisi kiri ruang tamu.

Amelia mengenang, putranya itu adalah sosok yang baik dan memiliki banyak sahabat. Buktinya, teman-temannya silih berganti mendatangi rumah duka untuk memberikan semangat kepada orang tua almarhum.

Dikatakan Amelia, Sofyan tidak perhitungan untuk urusan uang. “Dia (Sofyan) bilang sebelum pergi, nanti gajian saya bantu Emak ya,” kenangnya.

Selain bekerja, Sofyan pun dikenal aktif bermasyarakat. Berbagai kegiatan olah raga diikutinya, seperti sepakbola, tenis meja, dan badminton.

“Dia aktif banget. Saya kagum kalau dia gajian selalu kasih sebagian duitnya buat temannya yang anak yatim,” pungkas Amelia yang mulai berkaca-kaca mengenang putra kesayangannya. ***

Populer

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

UPDATE

Anak Usaha Telkom Hadirkan DreadHaunt, Gim Bergenre Survival Horror

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:57

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

2 Jam 1 Meja

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:40

Dua Mantan Pegawai Waskita Karya Digarap Kejagung

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:38

KPK Sita 7 Mobil dan Uang Rp1 Miliar usai Geledah 10 Rumah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:24

Bareskrim Bakal Bongkar Puluhan Artis dan Influencer Terlibat Promosi Judol

Rabu, 09 Oktober 2024 | 00:42

Mudahkan Warga Urus Paspor, Imigration Lounge Kini Hadir di Mal Taman Anggrek

Rabu, 09 Oktober 2024 | 00:19

KPK Cekal 5 Tersangka Korupsi Pencairan Kredit Usaha Bank Jepara Artha

Selasa, 08 Oktober 2024 | 23:52

Polisi Tangkap Penyekap Bocah 12 Tahun Selama Seminggu di Kalideres

Selasa, 08 Oktober 2024 | 23:42

KPK Usut Dugaan Korupsi Pencairan Kredit Usaha BPR Bank Jepara Artha

Selasa, 08 Oktober 2024 | 22:52

Selengkapnya