Dewan Energi Nasional (DEN) kembali meminta pemerintah mengkaji kebijakan BBM subsidi karena banyak yang diselundupkan ke luar negeri.
Anggota DEN Rinaldy Dalimi mengatakan, murahnya harga BBM subsidi sangat menguntungkan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia karena banyak yang diselundupkan ke negara tersebut.
“Di Riau, ada satu daerah yang cepat habis jatah kuota BBM-nya, itu dibawa pakai perahu ke Singapura dan Malaysia,†ujar Rinaldy di Jakarta, kemarin.
Karena itu, dia meminta pemerintah mengurangi subsidi yang diberikan ke harga energi secara bertahap. Dana subsidi sebaiknya diberikan langsung ke masyarakat yang membutuhkan. Artinya, subsidi jangan ditempelkan di harga energi.
Menurut dia, Amerika Serikat (AS) telah memberikan subsidi seara langsung ke warga yang membutuhkan. Ia mencontohkan, waktu sekolah ke AS, sebagai mahasiswa dia mendapat diskon sewa apartemen dan diberi kupon makan oleh Pemerintah AS.
Namun, dia membayar listrik, BBM dan telepon dangan tarif yang sama dengan warga AS.
“Penghasilan saya sebagai mahasiswa kan kecil, jadi saya dapat subsidi langsung. Itu baru tepat,†terang Rinaldy memberi contoh.
Berbeda dengan Indonesia, Rinaldy menilai, subsidi yang diberikan ke harga energi tidak tepat sasaran karena dinikmati masyarakat mampu.
“Sebenarnya subsidi bukan langkah yang salah, tapi harus diberikan ke orang yang tepat,†jelasnya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengatakan, pemerintah tak bisa menghapus subsidi BBM. Salah satu alasannya karena ada catatan dari DPR yang tidak boleh menghapus BBM subsidi.
“Karena ada note (catatan) dari DPR, subsidi tidak boleh dihapus. Subsidi harus tetap ada, tapi mesti tepat sasaran,†kata Wacik.
Wacik mengakui, tidak mudah untuk menyalurkan subsidi BBM tepat sasaran. Menurut dia, subsidi harus diberikan kepada orang yang kurang mampu. Karena itu, hingga kini masih menjadi kajian pemerintah bersama DPR.
“Yang susah ini kan membuat tepat sasaran. Hanya orang yang kurang mampu yang pantas dan mendapatkan subsidi,†katanya.
Kendati begitu, dia mengakui pemerintah memang mempunyai rencana untuk mengurangi subsidi BBM secara bertahap. “Tapi di sisi lain ada yang bilang jangan. Nah, pemerintah kan harus memikirkan semua dan rakyat yang kurang mampu,†jelasnya.
Sekretaris Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Djoko Siswanto mengatakan, walaupun harga BBM subsidi sudah dinaikkan, masih ada disparitas harga yang cukup lebar. Kondisi ini yang membuat masih banyak yang menyalahgunakan BBM subsidi.
Anggota Komisi VII DPR Satya W Yudha meminta pemerintah menindak tegas para pelaku penyelundupan BBM ke Malaysia dan Singapura karena merugikan negara.
Menurut Satya, penyelundupan ini menjadi akar masalah yang menyebabkan subsidi BBM yang dihabiskan Indonesia bisa mencapai hingga Rp 200 triliun per tahun.
Padahal, ketersediaan BBM dalam negeri itu didapat dari mengimpor BBM jadi dan mengimpor minyak mentah untuk diolah pada kilang di dalam negeri.
“Kalau banyak yang dimaling, makin banyak dana subsidi yang menguap. Kalau digunakan rakyat tidak apa-apa, tetapi dimanfaatkan oknum tertentu untuk mengambil keuntungan pribadi. Pemerintah harus membuat gerakan nasional pemberantasan penyelundupan BBM dan minyak mentah,†tegasnya.
Untuk diketahui, berdasarkan data BPH Migas, selama Januari hingga September tahun ini saja Tim Satgas BPH Migas berhasil mengagalkan upaya penyalahgunaan BBM subsidi mencapai 6,8 juta liter lebih atau senilai Rp 65 miliar lebih.
Dari total 6,874 juta liter yang berhasil diamankan, BBM subsidi yang paling banyak disalahgunakan adalah solar subsidi yang mencapai 6,131 juta liter atau senilai Rp 57 miliar lebih. Lalu minyak tanah 314 ribu liter dengan nilai Rp 2,9 miliar, premium 228 ribu liter dengan nilai Rp 2,1 miliar dan solar non subsidi 187 ribu liter dengan nilai Rp 1,7 miliar lebih. ***