Berita

ir. soekarno/net

Kritik Itu Perlu Agar Film Soekarno Tak Jadi Proyek Desukarnoisasi

Oleh: Rudi Hartono
SENIN, 16 DESEMBER 2013 | 16:10 WIB

DI LUAR luar catatan-catatan kritis terhadap film Soekarno sebelumnya, ada beberapa kejanggalan lain. Misalnya, kedatangan Wikana bersama Gatot Mangkoepraja menemui Soekarno dan bercerita soal pembentukan PETA.

Setahu saya, di jaman fasisme Jepang, Wikana bekerja di grup Kaigun (angkatan laut Jepang). Di sana ia bersama Ahmad Subardjo.

Aktivitas Wikana itu diketahui PKI. Saat itu Wikana menggunakan nama samaran "Raden Sunoto". Grup  Kaigun juga membentuk Institut politik bernama "Indonesia Merdeka". Pimpinannya dipegang oleh Wikana. Institut ini rajin menggelar pendidikan politik bagi pemuda-pemudi. Bung Karno dan Bung Hatta sering diundang sebagai pengajar di Institut ini.


Yang menarik dari film Soekarno karya Hanung ini adalah peranan Inggit Garnasih, istri kedua Bung Karno. Dalam sejarah, peranan Inggit memang besar dalam mengantarkan Soekarno ke cita-cita politiknya. Inggit juga berjasa besar dalam mengorganisir ekonomi untuk membiayai aktivitas politik Soekarno.

Saat Soekarno dipenjara di di rumah penjara Banceuy, Bandung, Inggit banyak menyelundupkan informasi dan bacaan-bacaan ke kamar Soekarno. Informasi dan buku-buku yang diselundupkan Inggit itulah yang membantu Soekarno menyusun pidato pembelaan yang terkenal: Indonesia Menggugat!

Koran "Persatuan Indonesia", yang sebelumnya dinahkodai Bung Karno, kemudian berganti nama menjadi "Nyonya Soekarno" alias Inggit Garnasih. Dengan begitu, koran tersebut tetap terbit, meskipun Bung Karno dipenjara. Inggit pula yang terus menyemangati Bung Karno. "Soekarno tegakkan dirimu, ingat cita-citamu," kata Inggit.

Saya juga senang saat nonton film ini di bioskop Metropole XXI: para khalayak penonton diminta berdiri menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebelum film dimulai.

Inilah catatan-catatan kritis saya untuk film Soekarno. Catatan ini penting agar film Soekarno tidak menjadi kelanjutan dari proyek "De-sukarnoisasi" yang massif dilakukan sejak Orde Baru hingga sekarang. Agar Soekarno ditempatkan dalam panggung sejarah Indonesia pada tempatnya yang pas. Bukan dikurang-kurangi ataupun dilebih-lebihkan. (selesai)

* Penulis adalah aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD). Tulisan ini pertama kali dimuat di Berdikari Online. Pemuatan di Rakyat Merdeka Online atas izin penulis.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Pakar Tawarkan Framework Komunikasi Pemerintah soal Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:32

Gotong Royong Perbaiki Jembatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:12

UU Perampasan Aset jadi Formula Penghitungan Kerugian Ekologis

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:58

Peresmian KRI Prabu Siliwangi-321 Wujudkan Modernisasi Alutsista

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:39

IPB University Gandeng Musim Mas Lakukan Perbaikan Infrastruktur

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:14

Merger Energi Fusi Perusahaan Donald Trump Libatkan Investor NIHI Rote

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:52

Sidang Parlemen Turki Ricuh saat Bahas Anggaran Negara

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:30

Tunjuk Uang Sitaan

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:14

Ini Pesan SBY Buat Pemerintah soal Rehabilitasi Daerah Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:55

Meneguhkan Kembali Jati Diri Prajurit Penjaga Ibukota

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:30

Selengkapnya