Berita

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Bisnis

KPK Bidik Peran Birokrat & Importir Di Kartel Pangan

Ganjil, Negara Agraris Kok Terus Impor
SENIN, 16 DESEMBER 2013 | 09:35 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencium indikasi kuat terjadinya korupsi cukup besar di sektor pangan yang dilakukan pejabat birokrasi demi kepentingan pelaku kartel pangan.

“Di sektor pangan, ada permainan kartel dari para importir dengan para aparatur negara,” kata Ketua KPK Abraham Samad.

Samad menegaskan, kuatnya aroma korupsi di sektor pangan adalah potret kemiskinan para petani dan masifnya impor pangan. Ia menduga, impor berbagai bahan pangan merupakan akal-akalan pengusaha dan oknum pejabat negara. “Di sektor ini (pangan) ada mafia, maka jangan heran kalau petani kita tetap miskin,” tuding bekas aktivis ini.


Dia menilai, terjadi keganjilan karena Indonesia sebagai negara agraris dan pernah berswasembada pangan kini terus menerus mengimpor bahan pangan pokok yang sesungguhnya dapat diproduksi secara besar-besaran.

Samad  memaparkan, hasil observasi KPK bahwa kenyataannya produksi pangan Indonesia cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun, bahan-bahan tersebut terus diimpor ke Indonesia karena adanya permainan aparatur negara dengan mafia impor, sehingga seolah-olah tidak bisa memenuhi kebutuhan lokal.

Staf Khusus Presiden Bidang Penanggulangan Kemiskinan HS Dillon mengatakan, kartel pangan sungguh nyata dan memang beroperasi di Indonesia. Bahkan, prinsip kartel pangan modern hanyalah warisan sistem korup zaman Kolonial Belanda. Yakni, tata niaga yang membuat pedagang dan tengkulak lebih sejahtera dibanding petani.

“Kartel dari dulu ada di mana-mana. Makanya saya mengatakan republik ini belum pernah merdeka, karena praktik-praktik Belanda masih dilaksanakan terus,” ujarnya.

Pendapat juga disuarakan ekonom Didik J Rachbini. Dia heran, mengapa pemerintah sering kalah dari pelaku usaha. Hal ini terlihat dari ketidakmampuan Kementerian Perdagangan (Kemendag) memaksa importir mengatur stoknya supaya harga kedelai tidak bergejolak.

“Pemerintah seharusnya tahu siapa yang menguasai stok, toh tidak ada lonjakan permintaan kedelai yang berlebihan,” kata Didik.

Saking bandelnya importir di Indonesia, bikin Didik yakin mereka secara tak langsung mengakui kalau punya kekuasaan serupa kartel. Fakta bikin terenyuh terbaru adalah pemerintah harus melobi para pengusaha supaya bersedia melepas kedelai impor mereka di harga Rp 8.000 per kilogram kepada perajin.

“Itu bukti dia bisa mengendalikan harga dan mengatur pasokan. Jadi kartelnya malah sudah mengaku di depan,” tandasnya. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya