Meski secara politik negara Indonesia sudah hampir tujuh dekade merdeka dan berdaulat, namun secara ekonomi bangsa Indonesia belum mandiri. Bahkan, kalau mengacu ciri ekonomi negeri jajahan seperti yang pernah disebutkan oleh Bung Karno, keadaan negeri kita belum jauh beranjak dari struktur ekonomi negeri jajahan.
"Jika dilihat aspek keadilan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang rata-rata tumbuh di atas 6 persen per tahun belum sejalan dengan distribusi keadilan ekonomi," kata Ketua DPD RI, Irman Gusman, Jumat (13/12)
Menurut dia, jika dilihat dari angka-angka Badan Pusat Statistik (BPS), distribusi PDB masih sangat timpang. Menurut data tahun 2012, dari seluruh PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Indonesia, 56,7 persen dihasilkan di Pulau Jawa; 23,7 persen disumbangkan Pulau Sumatera; 9,8 persen dari Kalimantan; sedangkan Kawasan Timur lainnya (Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua) hanya menghasilkan 9 persen.
"Bahkan dari sisi jumlah uang beredar sebagai indikator aktivitas ekonomi dimana 60 persen uang beredar di Indonesia terkonsentrasi di Jakarta, 30 persen di kota-kota besar lainnya, dan hanya 10 persen di pedesan," kata pria Minang salah satu peserta konvensi capres Partai Demokrat ini.
Paradoks dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, selama 10 tahun terakhir tingkat ketimpangan pendapatan di Indonesia justru meningkat. Koefisien Gini telah meningkat menjadi 4,2 pada tahun 2012 atau mendekati ketimpangan tinggi.
"Ini merupakan tantangan besar bagi pemimpin Indonesia mendatang. Bagaimana kepemimpinannya nanti mampu membawa kesejahteraan dan keadilan ekonomi," kata Irman.
Diapun mengajak semua pihak untuk peduli kondisi saat ini. Setelah lebih 68 tahun Indonesia merdeka, dan bukan lagi negara jajahan, menjadi fakta, kekayaan alam Indonesia masih dijual murah pada bangsa asing, bahan baku dan bahan mentah dihasilkan bumi Indonesia juga masih terus mengalir ke luar negeri memasok kebutuhan industri negara lain yang lebih maju.
Di sisi lain, bangsa Indonesia hingga kini masih dikenal konsumen terbesar produk-produk industri, elektronik, dan barang teknologi dari negara-negara industri.
"Negara kita adalah konsumen handphone terbesar ketiga, dan salah satu pasar mobil dan sepeda motor terbesar di dunia," keluhnya.
Dewasa ini lebih 50 persen perbankan nasional dikuasai pemodal asing, karena Indonesia masih dianggap sebagai tujuan investasi uang terbaik di dunia disebabkan tingkat suku bunga bank yang jauh lebih tinggi dibanding negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, Eropa, Singapura, bahkan di atas Malaysia dan Thailand. Artinya, dengan memutarkan kelebihan kapital mereka di Indonesia, pemilik modal dari luar negeri mendapatkan keuntungan yang sangat besar.
[ald]