Berita

firmanzah/net

Bisnis

Staf Khusus Presiden: Paket Bali Justru Paling Untungkan Negara Berkembang

SENIN, 09 DESEMBER 2013 | 11:23 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-9 WTO di Bali menghasilkan tiga poin yang disebut Paket Bali. Namun, Paket Bali mendapat kritik dari para aktivis anti-perdagangan bebas di seluruh Indonesia. Kritik itu dibantah pakar ekonomi yang menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah.

Firmanzah tidak sepakat dengan pendapat yang menyebut Paket Bali merugikan negara-negara berkembang dan sedang berkembang. Firmanzah mengingatkan salah satu agenda dari Paket Bali yang dihasilkan dari KTM ke-9 WTO itu adalah fasilitas perdagangan-pertanian-pembangunan negara kurang berkembang.

Agenda itu, kata mantan Dekan termuda di Universitas Indonesia ini, memberikan kesempatan bagi negara-negara berkembang dan kurang berkembang memperoleh manfaat yang besar dengan hasil negosiasi trade facility yang baru pertama kali dilakukan sepanjang perjalanan WTO.


"Dengan kesepakatan ini, negara-negara berkembang dan kurang berkembang memiliki kesempatan yang besar untuk memperluas akses bebas barang dan jasa sehingga dapat mendorong kapasitas perdagangan masing-masing," ungkap profesor bidang ekonomi ini, seperti diteruskan situs resmi sekretaris kabinet, Senin pagi (9/12).

Dia tegaskan, disepakatinya Bali Package memuat tiga agenda yakni trade facility, subsidi sektor pertanian, dan berpihak terhadap negara-negara yang paling kurang berkembang (Least Developed Countries/LDCs). Hal ini menjadi momentum bersejarah dalam perjalanan WTO sejak didirikan tahun 1995.

Selama ini, lanjut Firmanzah, sejumlah perundingan WTO yang dilakukan gagal menghasilkan kesepakatan karena adanya benturan kepentingan antara negara-negara anggotanya. Karena itu, ia menilai, kesepakatan pada pertemuan WTO Bali kali ini menjadi babak baru sejarah perdagangan dunia khususnya ketika perdagangan global dalam beberapa tahun ini relatif tertekan. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya