Direktur Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), Ucok Sky Khadafi, menilai rencana PT Pertamina (Persero) mengakuisisi PT Perusahaan Gas Negara Tbk merupakan langkah kemunduran dalam tata kelola migas. Pasalnya, pola bisnis yang dianut Pertamina selama ini kerap menimbulkan masalah dan belum bisa membuktikan bisnisnya secara sehat.
Hal itu, menurut Ucok, terlihat dari berbagai masalah yang belum bisa dituntaskan Pertamina. Dia memberikan contoh soal keberadaan anak usaha Pertamina, Pertamina Energy Trading (Petral) Ltd di Singapura yang selalu menimbulkan polemik. Belum lagi soal alih saham blok gas metana batubara (coalbed methane/CBM) yang diberikan ke PT Sugico Graha.
"Publik tahu, Pertamina itu selalu bermasalah. Isu mafia minyak juga tidak bisa diselesaikan oleh Pertamina. Masak perusahaan bermasalah mau mengakuisisi perusahaan yang notabene sudah berjalan sehat (PGN)," kata dia dalam keterangannya (Kamis, 5/12).
PGN, dikatakan Ucok, selama ini telah membuktikan menjadi perusahaan clean. Sebab, PGN merupakan perusahaan BUMN dan publik (terbuka) yang telah tercatat di bursa saham.
"Publik bisa mengetahui secara transparan soal bisnis di PGN, beda dengan di Pertamina," ujar dia.
Dia menambahkan, isu merger PGN ke Pertamina kemungkinan terkait potensi bahwa seluruh pipa gas yang telah dibangun PGN akan dibuka aksesnya kepada semua perusahaan swasta yang berminat menjual gas. Jika itu terjadi, maka seluruh broker gas dapat memanfaatkan fasilitas negara, tanpa campur tangan pemerintah dalam penetapan margin dan keuntungannya.
"Ini ancaman. Pertamina ingin menjadi trader kembali, membuat tata kelola perusahaan (good corporate governance/GCG) yang selama ini dibangun akan mengalami kemunduran. Pertamina ingin seperti dulu lagi, menguasai sumber migas, namun ketika itu yang terjadi bukan memberi kontribusi kepada negara melainkan terjadi korupsi secara besar-besaran," tegas Ucok.
Ucok menilai, perseteruan pengelolaan gas dengan solusi menggabungkan PGN ke dalam Pertamina justru menguntungkan bagi trader yang tidak bisa membangun infrastruktur gas. Namun, Ucok mendukung bila anak usaha Pertamina, PT Pertamina Gas (Pertagas) menjadi anak usaha PGN. Sebab, keduanya memiliki entitas bisnis yang sama.
"Pertamina bisa focus bergerak di hulu, khususnya soal eksplorasi minyak, sementara PGN fokus di hilir untuk memperkuat bisnis gasnya," ujar dia.
[dem]