Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memprediksi Indonesia mengalami krisis energi dan menjadi negara yang tergantung pada impor energi pada 2027.
â€Dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,2 persen per tahun dibarengi peningkatan populasi 1,49 persen per tahun telah mendorong peningkatan kebutuhan energi 6,2 persen,†kata Kepala Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) BPPT Soni W Wirawan saat acara Energy Partners Gathering 2013 di Jakarta, kemarin.
Sumber energi fosil seperti minyak bumi, gas dan batubara yang dimiliki Indonesia jumlahnya sangat terbatas. Kondisi ini yang memaksa Indonesia harus menjadi negera importir minyak.
Soni mengatakan, berdasarkan hasil penelitian BPPT dalam outlook energi Indonesia pada 2012 menyebutkan, pada 2027 Indonesia diprediksi tidak hanya menjadi negara importir minyak saja saja, tapi menjadi negara yang tergantung pada impor energi.
“Semua kebutuhan energi akan diimpor jika masih tetap menggunakan pola konsumsi seperti sekarang,†jelasnya.
Menurut dia, berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ini indeks intensitas energi nasional berkisar 485,41 SBM/miliar rupiah.
Untuk menghadapi krisis energi tersebut, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden No.5 Tahun 2006 guna menurunkan ketergantungan energi fosil pada 2025.
“Meski pemerintah sudah melakukan program-program konservasi energi, tetap saja belum ada penurunan indeks sejak 10 tahun terakhir,†ungkap Soni.
Saat ini pihaknya sedang mengembangkan teknologi pembangkit kogenerasi yaitu pembangkit kombinasi panas dan listrik. Dengan teknologi ini, bisa menciptakan efisiensi konversi energi dari 30 persen pada pembangkit listrik konvensional menjadi 85 persen.
Di tempat terpisah, Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Teddy Caster Sianturi mendesak agar ada pembangunan pembangkit dengan menggunakan komponen dalam negeri.
“Kita menyambut langkah PLN yang sudah menggunakan komponen dalam negeri untuk pembangkitnya,†ujarnya saat acara pameran Manufacturing Indonesia 2013 di Jakarta, kemarin.
Menurut Teddy, industri permesinan dalam negeri terus mengalami perkembangan. Saat ini industri dalam negeri sudah bisa membuat turbin sendiri, meskipun masih skala 3000 megawatt (MW). Namun, dia optimis industri dalam negeri bisa memenuhi kebutuhan pembangkit dalam negeri.
Dia juga berharap proyek pembangkit listrik 10.000 MW tahap II tingkat kandungan lokalnya lebih banyak dibanding tahap I yang lebih banyak menggunakan komponen dari China. ***