Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mengaku sangat sulit mengontrol emosinya. Untuk itu, dia sangat bersyukur dengan aturan yang melarang pemimpin daerah memiliki senjata seperti pistol. Kenapa?
"Untung sekali saya nggak boleh bawa pistol. Kalau bawa, sudah saya tembaki orang-orang yang bandel mendirikan bangunan liar di tanah milik negara, khususnya dipinggir jalan," ujar pria yang akrab disapa Ahok ini di Hotel Lumire, Jakarta Pusat, Senin (2/11).
Menurutnya, tidak hanya masyarakat yang harus dididik. Pejabat di lingkungan Pemprov DKI juga menurutnya juga harus mendapatkan pembelajaran. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan masing-masing.
Sehingga, lanjutnya, seluruh permasalahan di ibukota yang sangat kompleks ini dapat segera diselesaikan. Sadar anak buahnya kerap lamban mengeksekusi masalah di lapangan, Ahok merasa pejabat DKI perlu diberikan shock terapi. Sehingga memiliki kepekaan memahami kebutuhan masyarakat. Karena bila tidak, permasalahan di ibukota tidak akan pernah selesai. Diantaranya penyelesaian masalah banjir.
"Kalau kena, pasti kita bongkar. Tapi kalau ada surat hak milik atau sertifikat, enggak bisa kita bongkar. Itu yang jadi masalah kita. Tapi kalau tidak tegas pejabatnya ya akan banjir terus," kata Basuki.
Namun, Ahok mengeluhkan mayarakat yang kerap bandel dan tidak mau menaati aturan yang telah ditetapkan oleh Pemprov DKI Jakarta. Salah satu yang menjadi sorotan utama Ahok adalah keengganan warga yang tinggal di bantaran waduk untuk pindah dan mendapat tempat yang lebih layak.
"Banyak juga masyarakat yang sudah dibantu pemerintah, tapi mereka bandel dan tetap tidak mau berubah," keluhnya.
[dem]