Berita

foto: net

Dunia

Tidak Ada Keadilan, Indonesia Mesti Tolak Kesepakatan WTO di Bali

SENIN, 02 DESEMBER 2013 | 08:28 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Indonesia harus berani menolak seluruh proposal kesepakatan pada Konferensi Tingkat Menteri Anggota WTO ke-9 di Bali, yang digelar 3-6 Desember esok. Pertemuan Bali tersebut sesungguhnya hanya akal-akalan negara maju memanfaatkan negara berkembang untuk mengatasi masalah krisis yang mereka ciptakan sendiri.

"Secara substansial tidak ada keadilan dalam rancangan kesepakatan di KTM WTO Bali," kata analis politik Puspol Indonesia, Ubedilah Badrun, kepada wartawan lewat rilis tertulis, Senin (2/12).

Selain itu, sebenarnya pertemuan WTO di Bali tidaklah penting karena sebelumnya pertemuan General Council of WTO di Jenewa yang berakhir pada 26 November lalu gagal menghasilkan kesepakatan. Pertemuan General Council of WTO di Jenewa tersebut gagal menyepakati dua isu besar yakni soal fasilitasi perdagangan dan masalah pertanian.


"Memang ada hal yang disetujui dibahas tetapi hal kecil, tidak strategis bagi Indonesia dan tetap jauh menguntungkan negara negara maju terutama intervensi yang kuat pada monitoring," tegasnya.

Sebagaimana diketahui hal yang disepakati di Jenewa untuk diagendakan di Bali hanya menyangkut tentang peraturan mengenai asal barang (rules of origin), pembebasan kuota dan bea masuk (duty free and kuota free), pembebasan ekspor untuk negara-negara penghasil kapas, dan mekanisme monitoring.

Sementara, proposal negara berkembang yang dimotori India hanya dalam rencana menambah batas cadangan pangan negara dari 10 menjadi 15 persen. Dalam soal ini negara maju terlalu khawatir dan memang bersikap tidak adil karena mereka berpikir jika cadangan pangan yang terlalu banyak itu sampai bocor, maka akan mengganggu keseimbangan harga internasional.

"Sesungguhnya, forum WTO di Bali hakikatnya merugikan Indonesia dalam jangka panjang. Empat hari forum WTO di Bali harusnya menjadi sejarah untuk Indonesia berani bersikap," pungkas Ubedilah Badrun. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya