Pemerintah terus menggalakkan pengembangan integrasi sapi-sawit guna mewujudkan swasembada daging sapi.
Pengembalaan sapi di lahan perkebunan sawit sudah berjalan sejak 2011 di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Ke depan, dimaksudkan daerah ini menjadi pusat percontohan bagi daerah lain.
"Pola pengembangan hewan ternak dengan memanfaatkan perkebunan kelapa sawit berdampak positif bagi perekonomian. Dan, yang paling penting adalah meningkatkan kesejahteraan petani," ujar Direktur Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro di sela kunjungan kerja ke Pangkalan Bun, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Barat, Minggu (24/11).
Pengembangan ternak sapi di lahan perkebunan sawit diharapkan dapat mencapai seluas 2,8 juta hektar di lahan milik swasta dan PTPN. Integritas sapi-sawit di lahan milik swasta akan digalakkan di Riau, Bengkulu, dan Kalteng. Sedangkan pengembangan di kebun sawit milik pemerintah di Sumatera Utara, Riau, Jambi Sulsel, Kalsel, Kalbar, Papua, dan Papua Barat.
Ditargetkan, pengembangan integrasi sapi-sawit pada tahun depan mencapai 30 ribu ekor, tahun 2015 sebanyak 60 ribu ekor, dan di tahun 2016 mencapai 100 ribu ekor. Menurut Syukur, ada banyak keuntungan yang didapat dari integrasi ini baik untuk peternak sapi dan perkebunan sawit. Salah satunya memanfaatkan tenaga sapi untuk mengangkut sawit ke tempat pengolahan.
"Ini juga menyadarkan para pengusaha sawit untuk berkontribusi terhadap kebutuhan daging di dalam negeri, tapi juga tidak merugikan mereka," jelasnya.
Untuk menggalakkan integrasi sapi-sawit, Ditjen Peternakan Kementan akan menerbitkan peraturan perundangan tentang kewajiban investasi ternak di lahan sawit. Selain itu juga mengupayakan ke Kementerian Keuangan agar menurunkan bea masuk sapi indukan menjadi nol persen dari sebelumnya lima persen.
Di Kotawaringin Barat sendiri, integritas sapi-sawit saat ini dilakukan oleh dua perusahaan swasta Medco Argo dengan 670 ekor sapi, dan Citra Borneo Indah dengan 997 sapi.
[wid]