Memasuki musim hujan ini pemerintah diminta mewaspadai lonjakan harga cabe. Soalnya, harga cabe yang tinggi akan mempengaruhi perekonomian nasional.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, selain kenaikan harga BBM subsidi, lonjakan inflasi tahun ini juga dipengaruhi kenaikan harga pangan, salah satunya harga cabe.
“Inflasi tahun ini memang cukup tinggi, sedikit di bawah 9 persen. Ini tinggi dibanding tahun-tahun lalu yang hanya 5 persen,†ujar Agus di kantornya, kemarin.
Bekas Menteri Keuangan itu menyayangkan Indonesia sebagai negara agraris tidak punya kecukupan cabe dan sambal untuk rakyatnya. Kondisi inilah yang menyebabkan lonjakan harga.
Agus berharap selalu ada inovasi untuk memenuhi kebutuhan sambal. Seperti yang telah dilakukan wirausaha sebelumnya dalam pengolahan cabe.
Direktur Eksekutif Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) BI Eny Panggabean melihat perilaku inflasi kenaikan harga pangan telah melanda Indonesia sejak 2006.
Menurutnya, pasokan yang tidak lancar mengganggu distribusi bahan pangan selama ini, salah satunya cabe.
“Pada saat panen over supply, sehingga pasokan tidak terserap pasar. Sebaliknya, saat musim kering harganya meningkat akibat tak ada pasokan,†ucapnya.
Ditambah dengan perilaku masyarakat yang terbiasa mengkonsumsi cabe segar menyebabkan permintaan produk itu pada periode tertentu meningkat sehingga harga meroket.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran mengatakan, tingginya curah hujan berpeluang menyebabkan gagal panen cabe, sehingga pasokan akan berkurang dari pasaran.
“Naiknya paling sekitar Rp 2.000-3.000 per kg. Tapi kalau ini dimainkan tengkulak, harga bisa naik sampai Rp 5.000 per kg†cetus Ngadiran kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurutnya, saat ini harga cabe masih bertengger di kisaran Rp 23 ribu-25 ribu per kg. Namun, tidak hanya cabe saja yang harganya bakal melonjak, harga sayuran juga berpeluang naik jika ada gangguan distribusi akibat curah hujan yang tinggi.
Ngadiran berpendapat, keterlambatan pengiriman bisa membuat sayuran rusak saat sampai di tujuan. Jika barang sudah rusak, tidak bisa dijual lagi. Alhasil pasokan yang ada harganya melonjak.
Peneliti dari Serikat Petani Indonesia (SPI) Ahmad Yakub meminta pemerintah segera mengantisipasi lonjakan harga cabe dan komoditas sayuran lainnya.
“Seringnya terjadi lonjakan harga cabe dan beberapa komoditi lainnya dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah terhadap para petani,†katanya.
Akibatnya, petani yang dirugikan. Itu jugalah yang menjadi salah satu penyebab petani enggan menanam cabe sehingga suplai terbatas. Akibatnya harganya melonjak tajam saat musim hujan.
Yakub mengungkapkan, harus ada aturan tata niaga yang jelas karena petani akan menjadi korban pertama jika harga hasil pertanian turun. Hal ini disebabkan tidak ada insentif dari pemerintah. Kalau pun ada, itu tidak menjangkau seluruh petani.
Sebelumnya, untuk menekan harga cabe yang melonjak tajam akibat gagal panen dan mundurnya waktu panen Juli lalu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah mengeluarkan izin impor cabe rawit. Di semester II-2013, sebanyak 9.715 ton cabe rawit akan didatangkan. Cabe tersebut akan diimpor dari China dan Vietnam. ***