Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih bingung dengan kebijakan pengendalian BBM subsidi Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) karena selalu berubah-ubah.
Menteri BUMN Dahlan Iskan mempertanyakan program peÂngaturan konsumsi BBM subsidi menggunakan kartu debit untuk pembayaran non tunai (smart card) dan pemasangan Radio Frequency Identification (RFID). Pasalnya, BUMN belum bisa menangkap jelas maksud kedua program tersebut.
Karena itu, Dahlan mengutus DeÂputi Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur BUMN Dwijanti Tjahjaningsih untuk mencari kejelasan di KeÂmenÂterian ESDM.
“Saya minta deputi lakukan koÂmunikasi dengan pejabat eseÂlon I Kementerian ESDM meÂngenai informasi kartu subsidi (smart card) BBM,†katanya di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, selama ini pemÂberitaan menyebutkan jika meÂlaÂkukan pembelian BBM subsidi harus memakai kartu. “Karena itu, saya minta diklarifikasi, ini seperti apa kalau dilakÂsanakan. Kemudian, kaitannya dengan RFID yang telah dipuÂtuskan peÂmerintah,†ucapnya.
Menurut Dahlan, hal ini diÂlaÂkukan karena menyangkut nasib PT Pertamina (Persero) seÂbagai penyelenggara penuh proÂgram RFID dalam rangka peÂngendaÂlian subsidi.
Secara korporasi, Pertamina dan PT INTI telah menjalankan program pemasangan dan pengaÂdaan alat RFID. Program itu meÂnelan dana yang tidak sedikit.
Namun, yang masih menjadi tanÂda tanya bagi Dahlan adalah fungsi dari kartu tersebut. Apakah nanti akan menjadi kartu khusus pembeli BBM subsidi atau hanya kartu yang digunakan untuk pemÂbayaran BBM bersubsidi.
Dia mengaku sangat mengapÂresiasi apabila kartu itu hanya digunakan sebagai fasilitas pemÂbayaran dalam setiap pemÂbelian BBM subsidi. “Kalau ini murni untuk pemÂbaÂyaran saja ya bagus. Bagusnya RFID kan tetap jalan,†pungkasnya.
Menteri ESDM Jero Wacik meÂngaku, sistem pembelian BBM subsidi dengan cara non tunai beÂlum siap. “Belum, belum siap sisÂtem ini. Kalau sudah siap baru saÂya izinkan diterapkan,†katanya.
Padahal sebelumnya, Wakil Menteri ESDM Susilo SisÂwouÂtomo mengatakan, penerapan sistem pembelian BBM dengan cara non tunai akan dilaksanakan pertengahan Oktober 2013.
Vice President Corporate ComÂmunication Pertamina Ali MunÂdakir mengatakan, sampai saat ini dari 100 juta unit kendaraan yang ditargetkan terpasang RFID, baru 2.500 kendaraan yang sudah terÂpasang RFID atau 0,0025 persen dari target.
“Kita masih terus lakukan uji coba sistem RFID ini. Jangan sampai sudah terpasang semua di kendaraan tapi sistem ini belum siap,†kata Ali seraya menamÂbahkan bahwa saat ini di seluruh SPBU di Jakarta juga sudah terÂpasang RFID.
Anggota Komisi VII DPR SatÂya Widya Yudha mengatakan, seÂmua langkah atau cara pengÂheÂmatan yang diwacanakan peÂmeÂrintah percuma jika tak kunÂjung menerbitkan payung hukum yang menetapkan pola peÂnyaÂluÂran BBM dilakukan secara tertutup.
“Dengan pola distribusi terÂtuÂtup akan muncul pembatasan-pembatasan yang salah satunya menggunakan IT dan pembayarÂan
non cash,†ungkap politisi Partai Golkar itu.
Menurut Satya, payung huÂkum akan menjadi dasar melakÂsaÂnaÂkan kebijakan tersebut. SeÂbab, jika sudah ada dasarnya, maÂka pemerintah bisa melakuÂkan langÂkah berikutnya.
Sebelumnya, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) meyakini konsumsi BBM subsidi hingga akhir tahun ini tidak akan
over kuota
. Kuota BBM subsidi untuk 2013 di patok sebesar 48 juta kiloliter (KL).
Kepala BPH Migas Andy NoorÂsaman Sommeng mengatakan, tidak
over kuotanya BBM subsidi untuk 2013 dikarenakan langkah-langkah pemerintah yang serius mengatasi penyelewengan bensin dan solar subsidi. [Harian Rakyat Merdeka]