Berita

GITA WIRJAWAN/NET

Gita Wirjawan Berenang Melawan Arus

RABU, 16 OKTOBER 2013 | 17:25 WIB | OLEH: M. HATTA TALIWANG

DALAM perjalanan naik kereta api Argo Parahyangan Bandung Jakarta, saya tersentak melihat kursi-kursi kereta yang penuh dengan iklan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan.

Sebelumnya saya sudah terbiasa lihat wajahnya di iklan persimpangan jalan, di acara acara TV dan lain-lain. Saya tersentak karena seluruh ruang gerbong kereta api itu seakan mililknya mutlak. Wajahnya dominan dengan kalimat promosi: "Pakai Produk Dalam Negeri Mulai Dari kita".

Kalimat promosi itu mungkin tidak penting. Yang menarik justru kepentingan Gita yang terkesan tancap gas dan agressif "menampang ria" di pelbagai sudut negeri ini. Entah berapa dana yang telah dihamburkan Gita untuk mempromosi dirinya. Mungkin dia mencoba menempuh rute yang pernah dijalani SBY untuk meraih kekuasaan politik, bermodal pencitraan.

Gita memiliki syarat untuk itu. Tampang menarik, tinggi, ganteng, bergelar doktor, lulusan Amerika pula, dan pasti juga cinta Amerika. Pokoknye mirip SBY dah kalau kita pakai dialek Bang Ridwan Saidi. Kita tidak tahu apakah cara dagang a la SBY ini masih akan laku di 2014, sejarah akan membuktikan.

Tadi malam di sebuah TV digelar hasil survei bahwa pemimpin yg diharapkan Indonesia ke depan adalah yang jujur. Gelar dan pangkat tidak penting. Rakyat sedang gandrung pada pemimpin sederhana, tampang tidak penting. Mereka butuh yang pro rakyat, pro nasionalisme. Sudah muak dengan pemimpin munafik, korupsi dan egosentris.

Itulah cara orang Indonesia melawan. Diam tapi mendasar. Perlawanan kultural.

Gita sedang mendayung ke arah berlawanan. Melawan arus dan sepertinya tidak faham dengan lingkungan politik yang mengitarinya.

Di tengah kemuakan rakyat terhadap membanjirnya barang-barang impor, sepanjang 2011 Indonesia telah mengimpor 3 juta ton beras, 2,8 juta ton jagung, 1,8 juta ton kedelai, 480 ribu ekor sapi, 3,8 juta liter susu, 150 ribu ton beras ketan dan lain-lain, justru Gita tidak merasa itu sebagai beban politik.

Apakah karena memang sponsornya superbesar dan akan mampu membeli suara pemilih yang mayoritas melarat, sehingga dia yakin mampu mengatasi arus yang berlawanan? Ataukakah Gita punya cara menaklukkan arus yang sedang melanda?

Atau Gita cuma ingin menaikkan tingkat elektabilitasnya dan cuma mengincar kursi kedua? Atau seperti seorang pengamat intelijen menganalisis: Buat Gita yang penting eksis di Kabinet mendatang. Waktulah yang akan membuktikan.[***]

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana Tak Patuhi Instruksi Megawati

Sabtu, 22 Februari 2025 | 03:26

Bunga Utang Tinggi, Kereta Cepat Jakarta-Bandung Langgar Konstitusi

Sabtu, 22 Februari 2025 | 11:12

KPK Harus Proses Kasus Dugaan Korupsi Jokowi dan Keluarga, Jangan Dipetieskan

Minggu, 23 Februari 2025 | 00:23

UPDATE

Siang Ini Prabowo Resmikan Bank Emas Pertama di Indonesia

Rabu, 26 Februari 2025 | 09:39

Gara-gara DeepSeek, China Borong Chip AI Nvidia H20

Rabu, 26 Februari 2025 | 09:34

Gulung Southampton 4-0, Chelsea Tembus 4 Besar

Rabu, 26 Februari 2025 | 09:30

Bursa Asia Dibuka Bervariasi, IHSG Diperkirakan Hadapi Tekanan

Rabu, 26 Februari 2025 | 09:25

Ukraina Setuju Izinkan AS Akses Mineral Langka

Rabu, 26 Februari 2025 | 09:24

Bank Sentral Korsel Pangkas Proyeksi Pertumbuhan hingga Suku Bunga

Rabu, 26 Februari 2025 | 09:07

Wall Street Ditutup Variatif Saat Kepercayaan Konsumen Melemah, Nvidia Jatuh 2,8 Persen

Rabu, 26 Februari 2025 | 08:48

Komisi I DPR Minta Prajurit TNI yang Terlibat Penyerangan Polres Tarakan Dihukum Berat

Rabu, 26 Februari 2025 | 08:30

Ini Kronologi Meninggalnya Legenda Persebaya Bejo Sugiantoro

Rabu, 26 Februari 2025 | 08:29

Ekonomi AS dan Jerman Goyah, Harga Minyak Anjlok hingga 2 Persen

Rabu, 26 Februari 2025 | 08:20

Selengkapnya