Merebaknya dinasti politik di sejumlah level kekuasaan sangat memilukan. Karena dinasti politik bagian dari cermin seseorang yang tidak punya sensitifitas terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi rakyatnya.
"Yang ada di benaknya hanya kepentingan diri dan keluarga semata," ujar Sekjen DPP Perindo Ahmad Rofiq kepada Rakyat Merdeka Online (Rabu, 16/10).
Rofiq mengakui demokrasi tidak melarang dinasti politik. Tetapi, dia mengingatkan, politik itu tidak hanya asal menang. Justru lewat makanisme demokrasi, diharapkan ada power distribution kepada mereka-mereka yang dianggap mampu untuk memimpin rakyat dengan penuh tanggungjawab, bukan sekadar memimpin dan memperkaya diri.
"Saya berkeyakinan bahwa politik dinasti akan runtuh seiring dengan tumbuhnya kesadaran dalam berdemokrasi. Tapi, saat ini menjadi momentum bagi rakyat Indonesia untuk menghukum para pemimpin yang hanya mementingkan kepentingan diri, keluarga dan kelompoknya," ungkapnya.
Lebih jauh, Rofiq sepakat bila larangan membangun dinasti politik ini diatur dalam UU. Karena informasinya, Komisi II DPR sedang menggodok hal tersebut dalam rancangan UU Pilkada. "Dalam situasi demokrasi yang masih bersifat formalisme begini ini, perlu berjalan seiring dengan tuntutan masyarakat. Artinya pembatasan itu menjadi sangat penting. Agar kekuasaan itu
on the track," demikian Rofiq.
Isu dinasti politik ini mencuat setelah Tubagus Chaeri Wardhana, adik Gubernur Banten Ratu Atut yang juga suami Walikota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany ditangkap KPK terkait suap sengketa Pilkada Lebak kepada Ketua MK Akil Mochtar. Terlebih Presiden SBY ikut angkat bicara dan mengingatkan dinasti politik dihindari.
Golkar kesal dengan pernyataan SBY itu. Bahkan, kata Wakil Ketua Bendahara Umum Golkar Bambang Soesatyo, SBY telah membuka 'borok’' sendiri. Sebab, SBY juga tengah membangun dinasti politik Cikeas. Sejumlah anggota keluarga dan kerabatnya tercatat sebagai calon anggota legislatif (caleg) pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2014. SBY menempatkan anak, adik ipar, sepupu dan sejumlah nama kerabatnya dalam daftar nama-nama caleg melalui Partai Demokrat.
"Paling tidak terdapat 15 nama caleg yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga Cikeas," imbuh jelas Bambang.
Yakni Edhie Baskoro Yudhoyono (anak SBY) daerah pemilihan (dapil) Jatim VII; Sartono Hutomo (sepupu SBY) dapil Jatim VII; Hartanto Edhi Wibowo (adik ipar SBY) dapil Banten III; Agus Hermanto (adik ipar SBY) dapil Jateng I; dan Nurcahyo Anggorojati (anak Hadi Utomo yang juga ipar SBY) Dapil Jateng VI.
Lintang Pramesti (anak Agus Hermanto) dapil Jabar VIII; Putri Permatasari (keponakan Agus Hermanto) dapil Jateng I; Dwi Astuti Wulandari (anak Hadi Utomo) dapil DKI Jakarta I; Mexicana Leo Hartanto (keponakan SBY) dapil DKI Jakarta I; dan Decky Hardijanto (keponakan Hadi Utomo) dapil Jateng V.
Kemudian, ada pula nama Indri Sulistiyowati (keponakan Hadi Utomo) dapil NTB; Sumardani (suami Indri Sulistiyowati) dapil Riau I; Agung Budi Santoso (keluarga Hadi Utomo) dapil Jabar I; Sri Hidayati (adik ipar Agung BS); dan Putut Wijanarko (suami Sri Hidayati) dapil Jatim VI.
[zul]