Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) Gunung Padang yang dibentuk dari Tim Katastrofi Purba (TKP) dengan tambahan tenaga ahli dari beragai disiplin ilmu mengadakan pertemuan di Gedung Sate Bandung, Jawa Barat, hari ini (Kamis, 3/10).
TKP dibentuk dengan tujuan untuk meneliti bencana-bencana katastrofi dan kaitannya dengan maju mundurnya peradaban Nusantara di masa lalu. TKP mulai meneliti di berbagai lokasi di Indonesia sejak awal tahun 2011. Namun, Penelitian Situs Gunung Padang bukan kasus cagar budaya dan riset biasa. Ini adalah "frontier research" untuk menggali peradaban nusantara secara multi disiplin dan menggunakan metodologi-teknologi mutakhir di bidang eksplorasi geologi-geofisika. Akumulasi hasil riset TTRM yang dilakukan dalam dua tahun terakhir berhasil membuktikan bahwa situs ini sangat luarbiasa bahkan "beyond imagination".
Dalam rilis yang dikirimkan Peneliti Utama Tim Bencana Katastropik Purba, Danny Hilman Natawidjaja, dalam pertemuan tersebut disimpulkan bahwa Gunung Padang terbukti sebagai mahakarya arsitektur dari peradaban tinggi kuno yang hilang atau belum dikenal saat ini. Â
Temuan bangunan di bawah Gunung Padang adalah "breakthrough" untuk dunia ilmu pengetahuan dan sekaligus dapat menjadi tonggak kebangkitan bangsa dan kebanggaan nasional yang tidak ternilai. Keberadaan ruang-ruang di dalamnya memberi harapan untuk menemukan dokumen atau apapun yang dapat menguak misteri sejarah masa lampau. Bahkan boleh jadi mengandung pengetahuan dan teknologi peradaban masa lalu yang bermanfaat serta peninggalan-peninggalan berharga lainnya. Â
"Penelitian Gunung Padang bukan akhir, tapi awal eksplorasi warisan peradaban nusanatara dengan visi multi disiplin dan penerapan metodologi-teknologi penelitian terkini," tegas tim tersebut.
Terkait dengan hal itu, ada beberapa saran ke depan yang dihasilkan pertemuan hari ini untuk dilanjutkan Tim Terpadu Riset Mandiri. Pertama, dapat memulai rencana dan desain tahap pemugaran untuk lapisan budaya yang terlihat dipermukaan dan lapisan kedua di bawahnya. Kedua, memulai rencana pengembangan kawasan Gunung Padang untuk pariwisata dan pusat kebudayaan.
Kemudian, melanjutkan pengupasan dan eskavasi arkeologi untuk lapisan pertama dan kedua. Melanjutkan pengambilan sampel bor di lokasi yang lebih vital, yaitu menembus ruang-ruang utamanya. Dalam tahapan ini apabila ditemukan ruang kosong dapat dilakukan penyelidikan dengan menurunkan kamera via lubang bor.
Kelima, melanjutkan survei tomografi seismik yang lebih detail dan komprehensif, khususnya untuk memetakan ruang-ruang di bawah tanah untuk diintegrasikan dengan hasil studi geolistrik dan georadar.
Keenam, melakukan berbagai uji laboratorium termasuk pengujian lebih lanjut umur lapisan-lapisan budaya. Dan terakhir, melanjutkan kajian yang lebih komprehensif mencakup berbagai bidang keilmuan.
[ald]