Berita

mohammad nuh/net

Politik

Menteri Nuh Hendak Bungkam Pendidikan Politik Kampus?

RABU, 02 OKTOBER 2013 | 13:39 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, kembali membuat geger publik. M Nuh berpendapat, Forum Rektor Indonesia (FRI) tidak pantas menggelar Konvensi Calon Presiden 2014. Menurut Nuh, perguruan tinggi tak dalam kapasitas mengajukan capres dan mekanisme konvensi capres itu akan membuat FRI terjebak politik praktis.

Pernyataan yang dikeluarkannya kemarin di kompleks Kantor Presiden, Jakarta, itu ditanggapi kritis oleh pengamat politik muda, Ray Rangkuti. Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia ini berpendapat, ada nuansa M Nuh ingin membawa dunia pendidikan kembali ke era otoritarian.

"Pernyataan dia tidak tepat. Kampus ini kan basis pendidikan politik paling netral dan paling obyektif. Kampus tak pernah luput dari ranah politik karena itu merupakan bagian dari tanggung jawab akademik," tegas Ray kepada Rakyat Merdeka Online, Rabu (2/10).


Menurut dia, konvensi yang digelar FRI harus dilihat juga sebagai kritik kepada parpol yang tak berani menyeleksi calon pemimpin nasional lewat mekanisme yang melibatkan masyarakat. Selama ini, masyarakat hanya jadi konsumen politik.

Dia menegaskan, konvensi buatan FRI itu akan baik sejauh murni untuk mencapai tiga tujuan mulia di atas. Dengan demikian, pendidikan politik di kampus tetap sebagai pendidik politik yang paling obyektif. Tapi, akan berbeda bila FRI tiba-tiba mengajukan nama calon presiden pilihan mereka tanpa mekanisme yang melibatkan masyarakat kampus.

"Konvensi FRI itu pada prinsipnya baik. Tapi kita harus melihat teknisnya seperti apa baru kita nilai apakah kegiatan ini cuma untuk membesarkan salah satu capres atau menggolkan satu capres atau bagian dari tawar menawar politik. Tapi, menurut saya prinsipnya bagus," terang Ray.

Pernyataan M Nuh itu mengingatkan kembali nuansa normalisasi kehidupan kampus yang membungkam kehidupan politik kaum akademik di zaman Orde Baru.

"Ini nuansanya ke arah sana meski kadarnya tak seberat itu. Dulu kan kampus bukannya tak boleh berpolitik, tapi dulu kampus wajib ikut Golkar. Jadi tetap saja berpolitik," tandasnya. [ald]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya