Berita

foto: net

Politik

Arbi Sanit: Tak Bisa Disangkal, Popularitas Capres Lebih Penting

Parpol Cuma Tukang Pungut
RABU, 25 SEPTEMBER 2013 | 16:00 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Tak bisa disangkal bahwa untuk menjadi seorang pemimpin di tengah masyarakat Indonesia cukup bermodal popularitas. Itulah keadaan politik riil yang terjadi. Sumber keadaan adalah partai politik yang tak pernah melakukan pendidikan politik kader secara serius.  

"Itu keadaan riil yang tak bisa disangkal, popularitas capres lebih penting di Indonesia. Sementara kapabilitas belum mendapat penilaian dari publik. Publik yang banyak itu baru andalkan popularitas saja," kata pengamat politik senior, Arbi Sanit, saat diwawancara Rakyat Merdeka Online, beberapa saat lalu (Rabu, 25/9).

Arbi menceritakan bahwa dalam sejarahnya golongan berpendidikan di zaman penjajahan Belanda diarahkan menjadi birokrat dan adminstratur, sehingga masyarakat tak menghasilkan intelektual baru yang membangun kapabiilitas intelektual atau teknis.


Selanjutnya, di zaman perjuangan sampai revolusi fisik muncullah tokoh-tokoh masyarakat yang menonjol dan populer karena bergerak dalam perubahan masyarakat secara revolusioner. Popularitas itu yang jadi acuan memilih pemimpin sampai sekarang, baik oleh masyarakat maupun tokoh-tokoh nasional. Keadaan itu ditambah dengan parpol yang tidak melakukan kaderisasi utnuk hasilkan pemimpin yang kapabel.

"Parpol tukang pungut tokoh populer untuk dijadikan pemimpin. Seandainya parpol melahirkan kader sekaligus meningkatkan popularitas sekaligus kapabilitasnya, maka akan lain keadaannya," kata dia.

Masalah yang terjadi sekarang, mereka yang berkapabailitas tinggi justru popularitasnya rendah. Malah yang tak punya kapabilitas yang mempunyai popularitas tinggi.

"Ini problema kepemimpinan Indonesia. Kini, tidak ada pendidikan kader di manapun, baik di parpol maupun bukan parpol. Tokoh kapabel cuma ada di birokrasi baik sipil maupun militer, sementara parpol tak pernah hasilkan pemimpin yang lengkap," terangnya. [ald]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya