Berita

MS Hidayat: Pemerintah akan Ambil Alih Inalum

SELASA, 24 SEPTEMBER 2013 | 14:36 WIB | LAPORAN: MUHAMMAD Q RUSYDAN

Menteri Perindustrian MS Hidayat berharap PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) segera bisa diambil alih pemerintah.

Pasalnya, kontrak kerja sama perusahaan patungan antara pemerintah RI dengan konsorsium Nippon Asahan Aluminium (NAA) yang beranggotakan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) sebagai wakil pemerintah Jepang dan 12 perusahaan swasta Jepang, itu memang berakhir pada akhir Oktober mendatang.

"Tujuan kita adalah 31 Oktober secara fisik kita mengambil alih seluruh proyek. Going concern perusahaan juga harus diperhatikan" ujar Hidayat kepada wartawan di gedung Kementerian Perekonomian, Jakarta, Selasa (24/9).


Hidayat menjelaskan ada dua kemungkinan cara pengambilalihan perusahaan yang bergerak di bidang industri peleburan aluminium. Yaitu, disepakati soal harga atau merujuk ke master agreement.

"Kemungkinannya dua, diambil alih seluruh kepemilikannya dengan harga yang disepakati. Kalau itu tidak tercapai akan diambil alih sesuai master agreement tetapi harga yang tidak sesuai itu akan ditempuh melalui arbitrase internasional," jelasnya.

Polikus Golkar ini menambahkan, badan arbitrase internasional nanti hanya membantu menetapkan mana harga yang benar dari kedua belah pihak. "Sampe akhir bulan inginnya sudah ada kesepakatan, apakah menuju arbitrase atau sepakat harga tapi masih ada perbedaan yang signifikan dalam angka," imbuhnya.

"Tapi, harusnya dengan atau tanpa arbitrase menurut master agreement proyeknya harusnya sudah bisa diambil alih. Kalau sudah diambil alih, otomatis PT Inalum menjadi BUMN," demikian Hidayat.

Kemarin, Hidayat mengakui perundingan antara pemerintah Indonesia dengan konsorsium Jepang terkait besaran nilai buku PT Inalum belum juga mencapai titik temu. Sementara hasil rapat koordinasi yang digelar hari ini, memberikan kewenangan kepada tim perunding untuk mulai berunding masalah angka sebagai bentuk bagian dari strategi dan proses perundingan akhir. [zul]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

UPDATE

Denny Indrayana Ingatkan Konsekuensi Putusan MKMK dalam Kasus Arsul Sani

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:30

HAPPI Dorong Regulasi Sempadan Pantai Naik Jadi PP

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:22

Pembentukan Raperda Penyelenggaraan Pasar Libatkan Masyarakat

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:04

Ijazah Asli Jokowi Sama seperti Postingan Dian Sandi

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:38

Inovasi Jadi Kunci Hadapi Masalah Narkoba

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:12

DPR: Jangan Kasih Ruang Pelaku Ujaran Kebencian!

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:06

Korban Meninggal Banjir Sumatera Jadi 1.030 Jiwa, 206 Hilang

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

Bencana Sumatera, Telaah Konstitusi dan Sustainability

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

PB HMI Tegaskan Putusan PTUN terkait Suhartoyo Wajib Ditaati

Senin, 15 Desember 2025 | 23:10

Yaqut Cholil Masih Saja Diagendakan Diperiksa KPK

Senin, 15 Desember 2025 | 23:07

Selengkapnya