Berita

mulyana w kusumah/net

Politik

Koalisi Setelah Pemilihan Legislatif Adalah Mutilasi Demokrasi

SENIN, 23 SEPTEMBER 2013 | 11:10 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Kecenderungan politik oportunistik dan transaksional-konspiratif lebih terbuka bila koalisi parpol menetapkan Capres dan Cawapres setelah pemilihan legistatif (pileg).

Rakyat dimanipulasi menentukan pilihan politik dalam pilpres dengan kesadaran palsu, tanpa memahami agenda politik koalisi parpol. Jadi, lebih sebagai keterpaksaan.

“Koalisi parpol pasca pileg cenderung merupakan mutilasi demokrasi,” kata Direktur Eksekutif Seven Strategic Studies (7SS), Mulyana W. Kusumah, lewat rilis yang diterima redaksi, Senin (23/9).


Mulyana mengatakan, konstitusionalitas koalisi parpol sebelum pileg didasarkan pada Pasal 6A Ayat (2) UUD 1945 yang mengamanatkan Calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol peserta pemilu sebelum pelaksanaan pemilihan umum. Interpretasi pasal UUD 1945 tersebut dapat dipertegas dalam Revisi UU Nomor 42/2008 tentang Pilpres.

Koalisi parpol sebelum pemilu (pre-election coalition), sudah lama menjadi pelaksanaan demokrasi di berbagai negara. Antara lain, Barisan Nasional (Malaysia), Syriza (koalisi kiri radikal Yunani), Drugaya Rossiya (The Other Russia), India, Polandia dan lain-lain, dengan fungsi utama pengerahan sumber daya politik berbasis elektoral lebih luas.

Bila koalisi elektoral sebelum pileg terwujud sebagai konsensus politik nasional baru di Indonesia sekarang ini, penentuan pilihan politik rakyat secara kritis diprediksi akan terarah pada maksimal empat koalisi Parpol. Satu di antaranya merupakan koalisi besar (grand coalition).

"Dengan demikian, konsensus politik nasional baru tersebut menjadi langkah maju  konsolidasi demokrasi dengan keterlibatan politik atau political engagement rakyat,” ujar pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) ini. [ald] 

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya