Berita

Bisnis

Komisi VI DPR Minta Menteri BUMN Pelopori Transaksi Pakai Rupiah

KAMIS, 19 SEPTEMBER 2013 | 17:36 WIB | LAPORAN:

Komisi VI DPR meminta kepada pemerintah untuk mengimplementasikan UU 7/2011 tentang Mata Uang yang mewajibkan transaksi perdagangan di dalam negeri dengan menggunakan nilai tukar rupiah.

Demikian Ketua Komisi VI DPR, Airlangga Hartarto, kepada wartawan di gedung DPR, Jakarta, Kamis (19/9).  Hal itu dikatakannya terkait hasil rapat kerja Komisi VI DPR dengan sejumlah pihak seperti Menteri BUMN, Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian, Kadin, dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), kemarin malam (Rabu, 18/9).

Terkait defisit anggaran, Komisi VI DPR juga meminta agar BUMN mempelopori penggunaan mata uang rupiah dalam seluruh transaksi di dalam negeri.  Airlangga mengatakan, keinginan itu didasari realitas bahwa hingga saat ini belum ada kebijakan pemerintah yang secara signifikan mengurangi penggunaan dolar, misalnya dengan menerapkan kebijakan penggunaan mata uang rupiah untuk transaksi dalam negeri. Bahkan, banyak perusahan BUMN tidak menggunakan rupiah dalam melakukan transaksi dalam negeri.


"Tidak semua BUMN melakukan transaksi dengan rupiah, terutama BUMN yang memiliki peran strategis dalam infrastruktur," kata Airlangga.

Dia pun mengapresiasi kehadiran Meneg BUMN Dahlan Iskan dalam raker tersebut. Kehadiran Dahlan, menurutnya sangat penting karena impor Migas yang menjadi penyebab besarnya defisit neraca perdagangan dilakukan oleh perusahan BUMN, yakni PT Pertamina (Persero).

"Kalau kita bicarakan pelaku impor, sebagian besar dilakukan BUMN yakni US$150 juta per hari. Selain itu, Menteri BUMN kami undang karena penggunaan dolar yang paling besar adalah BUMN," kata Airlangga lagi.

Dia mengatakan, Menteri BUMN menjadi krusial karena tidak semua BUMN menggunakan rupiah sebagai transaksi dalam negeri sehingga menyebabkan keadaan yang tidak baik di tengah merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Dia menambahkan, cara mengurangi ketergantungan akan impor migas yang dilakukan oleh perusahan BUMN adalah membangun refinery atau kilang minyak.
    
"GDP per kapita kita saat ini US$ 3.400. Kami dapat kesan untuk membangun refinery dibutuhkan insentif. Melihat GDP kita, pembangunan refinary bukan hal yang susah dilakukan. Paling tidak harus punya dua refinery untuk mengurangi ketergantungan pada impor," demikian Airlangga. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya