Berita

ilustrasi/net

Bisnis

Neoliberalisme Antara Teori dan Praktek

MINGGU, 08 SEPTEMBER 2013 | 10:39 WIB | OLEH: M. HATTA TALIWANG

MENURUT teori, neoliberalisme itu ciri ekstrimnya lebih kurang sebagai berikut; Pertama, kekayaan alam, energi, dan seluruh aset suatu negara harus bebas dibuka untuk dimasuki, dimiliki dan dikuasai oleh asing. Kedua, pasar dalam negeri suatu negara harus dibuka penuh untuk dimasuki oleh asing.

Ketiga, Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D) harus dijual dan boleh dikuasai asing. Swastanisasi atau privatisasi semua sektor. Tidak ada sektor-sektor penting dikuasai oleh negara. Keempat, tanggungjawab sosial negara (keberpihakan dan perlindungan negara) terhadap kelompok mayoritas yang lemah (buruh, petani, nelayan dan rakyat miskin) dihapuskan. Serahkan semua pada mekanisme pasar, dibeli sesuai dengan harga pasar. Kurangi hingga dihapuskannya seluruh subsidi.

Dan kelima adalah, dalam bidang ketenagakerjaan, segala persoalan yang menyangkut ketenagakerjaan (upah, hubungan kerja, jaminan sosial, lapangan pekerjaan, serikat buruh) biarkan ditentukan oleh pasar.


Teori ini sangat bertentangan dengan Pancasila dan UUD 45 Proklamasi. Outputnya paham inilah yang melagurkan kemiskinan massa dan memperkaya segelintir manusia.

Prakteknya menurut Dr. Fuad Bawazier; "Rezim ekonomi neolib yang dipimpin SBY-Boediono sungguh telah melaksanakan keinginan asing yakni meningkatkan impor pangan, meningkatkan utang luar negeri, menghapuskan atau mengurangi subsidi untuk kepentingan rakyat, menjaga wilayah bisnis kapitalis asing di Indonesia (Bursa Efek), memberikan peluang asing menguasai sumber-sumber kekayaan alam Indonesia, dan akses bisnis strategis seluas-luasnya di Indonesia. Dan semua ini telah di laksanakan dengan maksimal oleh pemerintah (rezim SBY-Boediono)!. Imbalannya, Bank Dunia dan IMF tidak akan banyak mengkritik ekonomi Indonesia yang rapuh, dan membiarkan korupsi bagi para pejabat pemerintah. Win-win solution deals! Ingat, Soeharto jatuh karena kejatuhan ekonomi dan bukan tidak mungkin SBY-Boediono akan mengalami nasib serupa plus karena faktor korupsi para pejabatnya". [***]

Penulis adalah Direktur Eksekutif Institut Ekonomi Politik Soekarno Hatta (IEPSH)

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya