Berita

Bisnis

Komisi VI DPR Apresiasi Kebijakan Pemerintah Tingkatkan Ekspor

RABU, 28 AGUSTUS 2013 | 19:29 WIB | LAPORAN:

Defisit anggaran perdagangan Indonesia yang terjadi beberapa bulan terakhir sangat mengganggu kekuatan nilai tukar rupiah. Melemahnya nilai tukar rupiah juga dipengaruhi faktor global seperti kebijakan yang diambil oleh bank sentral di negara-negara lain dan juga perbaikan pasar di Amerika.

Demikian mengemuka dalam rapat kerja Komisi VI DPR dengan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Menteri Perindustrian MS Hidayat, Kamar Dagang dan Industri (Kadin), dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta,  Rabu (28/8).

“Rapat kali ini terasa penting, karena terkait dengan kondisi perekonomian yang sedang bergejolak,” kata Ketua Komisi VI, Airlangga Hartarto, saat memimpin rapat.
 

 
Menurut politisi Partai Golkar tersebut, gejolak yang terjadi akibat nilai tukar rupiah melemah sangat berpengaruh pada stabilitas ekonomi di dalam negeri dan bisa memicu meningkatnya inflasi. Makanya, Komisi VI mencermati langkah-langkah jangka pendek yang diambil pemerintah untuk memperbaiki neraca perdagangan di Indonesia. Pemerintah sendiri sudah melakukan berbagai langkah.

“Dari kebijakan yang dilakukan pemerintah ada beberapa hal yang patut menjadi catatan, yaitu mendorong peningkatan ekspor antara lain kemudahan bagi industri di kawasan brikat untuk dapat meningkatkan ekspor sebesar 50 persen. Ini suatu hal yang perlu diapresiasi,” kata anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Kabupaten Bogor ini.

Namun demikian, ada beberapa permintaan dari kalangan industri agar mendapat kemudahan pajak pertambahan nilai (PPN). Menurut Airlangga, PPN untuk bahan baku bila direstitusi masih memerlukan waktu dan juga memerlukan biaya bila dibandingkan dengan bahan baku impor. Padahal tahun 2015, Indonesia sudah memasuki ASEAN Economy Community.

Sementara itu, Menteri Gita Wiryawan, menjelaskan, tanggung-jawab kementeriannya bersama kementerian terkait dan Bank Indonesia adalah menjaga agar tingkat inflasi dapat dikendalikan pada kisaran 7 persen hingga 8 persen.

Pengurangan impor migas dan peningkatan konten bio diesel yang dilakukan oleh kementerian terkait dan dukungan dari Kemendag akan diukur dari indikator keberhasilan, yaitu impor bisa ditekan sekitar 4 persen hingga 8 persen.

Sementara neraca perdagangan, lanjut Gita, dapat ditekan pada kisaran 5 hingga 6 miliar dolar AS selama tahun 2013. Mendag juga berharap, realitas ini bisa membuahkan surplus neraca perdagangan di tahun 2014 nanti. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya