Berita

FOTO:NET

Nusantara

Harga Kedelai Terus Melambung, Perajin Tahu Merugi

SELASA, 27 AGUSTUS 2013 | 11:58 WIB

Depresiasi kurs rupiah terhadap dolar AS hingga menembus Rp 11 ribu berimbas pada perajin tahu. Salah satunya, harga kedelai impor dari Brasil sebagai bahan dasar produksi tahu kini mencapai Rp 9 ribu per kilogram.

Jika kondisi itu berlanjut, bukan tidak mungkin perajin merumahkan para pekerja. Misalnya yang dialami Sugiat, perajin tahu pong dari Dusun Sawahan, Desa Sambirejo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang.

"Harga kedelai impor sekarang sudah mencapai Rp 8.900 per kilogram. Kondisi ini jelas sangat memberatkan para perajin tahu," ujarnya kemarin seperti dilansir dari JPNN.


Dengan naiknya harga kedelai impor selama tiga hari belakangan, perajin tak bisa berbuat banyak. Harga kedelai yang sebelumnya Rp 6.800 sampai Rp 7 ribu per kg kini mendekati Rp 9 ribu. Meski perajin untuk sementara memilih tetap berproduksi, ongkos operasional yang dikeluarkan terpaksa membengkak. Bahkan, sekarang mereka relatif merugi.

"Dengan harga kedelai yang naik Rp 1.000 per kilogram saja, beberapa waktu lalu kami sudah mengalami kerugian Rp 2 juta per produksi. Sekarang kedelai menjadi Rp 9 ribu per kilogram, kerugian kami sudah menembus Rp 6 juta per produksi," papar dia.

Sementara jika mengandalkan kedelai lokal, stoknya selalu tidak ada alias kosong.

"Entah karena distok atau apa kami tidak tahu," papar Sugiat.

Tak hanya itu, naiknya harga kedelai impor membuat perajin sulit menaikkan harga jual tahu. Sebab, jika terpaksa dinaikkan, dikuatirkan konsumen dan pelanggan kabur atau memilih tahu produsen lain. Bukan tidak mungkin perajin memilih menghentikan produksi dan merumahkan para pekerja untuk sementara jika produksi terus merugi karena harga kedelai tak terjangkau.

Selama ini, untuk sekali produksi Sugiat menghabiskan kedelai impor minimal 2 ton per hari. Hasil produksinya lantas dijual Rp 20 ribu per papan tahu atau setara dengan Rp 180 ribu per bak. Tahu-tahu pong yang juga dikenal sebagai penganan khas Jombang itu biasa dipasarkan ke beberapa daerah di Jatim. Antara lain, Madiun, Nganjuk, Mojokerto, Surabaya, dan Malang.[wid]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya