Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan meminta, para importir kedelai tidak menggunakan kesempatan dalam kesempitan di balik merosotnya rupiah dengan menaikan harga kedelai.
Menurutnya, jika para importir tetap menaikan harga dengan sesukanya akan mengganggu perekonomian nasional. Pasalnya, para perajin tempe dan tahu akan terganggu.
“Importir kedelai jangan ambil kesempatan dengan menguatnya dolar terhadap rupiah,†ujar Rusman, di Jakarta, kemarin.
Rusman mengakui, pergerakan rupiah yang melemah berdampak pada kedelai yang merupakan bahan dasar tempe dan tahu. Makanan jenis ini adalah konsumsi masyarakat luas tentu dampaknya tidak baik bagi mereka.
Padahal untuk menghasilkan produksi dari dalam negeri tidak memungkinkan. Alasannya kedelai tidak cocok ditanam di Indonesia. Itulah penyebab ketergantungan impor kedelai sangat tinggi terhadap kedelai.â€Kita terpaksa impor karena produksi rendah akibat ketidakcocokan tanaman kedelai,†jelasnya.
Karena itu, Rusman menilai, peran Bulog sangat penting untuk menstabilkan harga kedelai.
Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Syarif Hasan mengatakan, tidak ada kebijakan khusus untuk mengantisipasi melambungnya harga kedelai. “Ini akibat dari gejala ekonomi secara makro. Ini pasti sudah diantisipasi oleh pemerintah. Sementara tidak ada kebijakan khusus,†ujarnya.
Ia meminta, masyarakat tidak panik menghadapi kondisi tersebut. Pasalnya, kata Menkop, hal ini hanya terjadi sementara saja. “Masyarakat jangan terlalu panik. Ini cuma terjadi sementara waktu. Pemerintah akan mengantisipasi,†tegasnya.
Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia Aip Syarifudin mengaku, sudah menyurati Kementerian Keuangan untuk menghapus sementara bea masuk kedelai.
“Kami sudah mengirim surat ke Menteri Keuangan yang ditembuskan ke Menteri Perdagangan. Kami minta bea masuk kedelai dinolkan dulu,†katanya.
Sejak nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah, harga kedelai impor terus merambah naik. Pada saat ini, harga kedelai di berbagai daerah berkisar Rp 8.500 per kilogram. Bahkan di tingkat perajin tahu dan tempe harga kedelai bisa menembus Rp 9.000 per kilogram. Padahal normalnya harga kedelai Rp 7.700 per kilogram.
Penghapusan sementara bea masuk kedelai, kata Aip, dapat membantu menurunkan harga dan menambah jumlah pasokan di dalam negeri. Dengan demikian, produksi tahu-tempe dapat terjamin. “Ini soal pangan, harusnya dimasukkan dalam paket penyelamatan ekonomi pemerintah,†katanya.
Aip mengatakan, untuk mengatasi kenaikan harga bahan baku ini, para perajin mulai mengurangi produksi. Akibatnya, untuk harga jual yang sama, mereka menjual tahu-tempe dengan ukuran yang lebih kecil. Atau bila tak memperkecil ukuran tahu-tempe, beberapa perajin memilih menaikan harga jual produknya antara 10 hingga 25 persen. [Harian Rakyat Merdeka]