. Sepertinya pandangan antara Ketua MPP Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais dengan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa soal perekonomian Indonesia cukup berbeda dan bertolakbelakang satu sama lain.
Amien Rais misalnya, saat menyampaikan pidato di acara Milad PAN ke-15 di JCC, Senayan, Jumat malam (23/8), menyebut bahwa ekonomi Indonesia hancur-hancuran. Dalam acara yang sama, Hatta Rajasa menyebut bahwa ekomoni berkembang maju di era pemerintahan SBY ini.
Dalam pandangan Wakil Ketua Umum PAN yang juga ekonom senior, Dradjad H Wibowo, sejatinya tidak ada pertentangan antara Amien dan Hatta dalam menilai perekonomian Indonesia. Sebab perekonomian Indonesia sekarang ini ibarat mobil dengan dua set roda yang lari dengan kecepatan berbeda. Roda depan berlari sangat kencang, sementara roda belakang berlari lambat, bahkan kadang-kadang macet.
"Mudahnya, terdapat dualisme dalam perekonomian kita. Akibatnya adalah ketimpangan pendapatan yang semakin besar antar- sesama rakyat Indonesia. Ini terlihat dari gini ratio yang naik dari sekitar 0.32-0.36 jaman bu Mega menjadi 0.41 jaman SBY," kata Dradjad dalam keterangan beberapa saat lalu (Sabtu, 24/8).
Roda depan, Dradjad melanjutkan, adalah perumpamaan bagi rakyat Indonesia yang menikmati pertumbuhan ekonomi cepat. Contohnya adalah mereka yang mendapat rejeki dari tambang migas dan mineral, atau yang bergerak di sektor keuangan, perbankan, telekomunikasi, dan perdagangan. Mereka adalah yang mendapat "perlakuan khusus" dari oknum pejabat negara, termasuk para mafia, seperti kuota impor, blok migas, dan sebagainya.
Ini, lanjutnya, menimbulkan ledakan kelas menengah, yang antara lain terlihat dari konsumsi. Sebagai contoh, kepemilikan mobil tahun 2000 masih sekitar 3 juta, atau tepatnya 3.038.913, sementara pada tahun 2011 sudah naik tiga kali lipat menjadi 9,5 juta, atau tepatnya 9.548.866). Begitu juga dengan kepemilikan motor yang pada tahun 2000 mencapai 13,6 juta, atau tepatnya 13.563.017, naik lebih dari lima kali lipat pada tahun 2011 menjadi 68,8 juta, atau tepatnya 68.839.341). Contoh lain, adalah jumlah telepon seluler yang diperkirakan mencapai lebih 250 juta, dengan
smartphone lebih dari 18 juta.
Sementara roda belakang, Dradjad melanjutkan, adalah kelompok rakyat banyak, khususnya yang tergolong miskin. Dalam data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2013 misalnya, tercatat ada 28, 07 juta penduduk Indonesia yang tergolong miskin. Namun data BPS ini juga banyak diragukan, seperti jika dicek silang dengan target penerima bantuan langsung pemerintah. Dan bila menggunakan kriteria internasional dengan 2 dolar AS per kapita per hari, maka jumlah penduduk miskin Indonesia diperkirakan masih 60 juta lebih.
Bahkan, masih kata Dradjad, dengan rupiah yang anjlok sekitar 15 persen, jumlah penduduk miskin dipastikan melonjak drastis. Dan bila data resmi BPS tidak menunjukkan jumlah penduduk miskin di atas 30 juta, maka ini akan semakin rusak kredibilitas BPS. Apalagi inflasi
year on year per Juli 2013 sudah mencapai 8.61 persen. Singkat kata, secara riil terjadi lonjakan drastis jumlah penduduk miskin. Belum lagi sektor produksi Indonesia yang makin tertinggal dan ini terbukti dari defisit perdagangan pada banyak sektor seperti pangan dan telekomunikasi. Belum lagi juga dominansi asing dalam sumber daya pertambangan dan banyak sektor lainnya.
"Jadi Pak Amien dan Bang Hatta berbicara tentang mobil yang sama secara utuh. Pak Amien fokus pada bagian roda belakang, Bang Hatta roda depan. Tugas kader PAN untuk membuat roda belakang dan depan berjalan harmonis sehingga rakyat lebih sejahtera," demikian Dradjad.
[ysa]