Berita

FOTO:NET

Politik

Catatan Hatta: Rupiah Tersungkur dan yang Berselancar di Atas Ombak

KAMIS, 22 AGUSTUS 2013 | 14:37 WIB | OLEH: M. HATTA TALIWANG

KEBIJAKAN The Fed melakukan tapering off yaitu penghentian pembelian Bonds di pasar uang membuat nilai mata uang Dolar melambung. Dampak internasionalnya luar biasa.

Mengutip pendapat DR Bambang Kusumanto bahwa rakyat di China, Jepang, India, dan Brazil selalu ingin Dolar naik biar ekspornya meningkat dan rakyatnya tambah sejahtera. Padahal impor bahan bakunya cukup besar, tapi sistem mereka bisa menciptakan 'added value' yang besar sehingga gain cadangan devisanya besar. Inilah model ekonomi dengan "kepribadian" ekspor oriented yang pro rakyat.

Di Indonesia, model ekonominya tidak jelas alias banci dan tidak berkarakter kuat. Dibilang ekspor oriented tapi ketika nilai tukar berubah, sisi impornya kedodoran.


Padahal pelemahan nilai tukar uang sendiri terhadap mata uang asing adalah salah satu kiat yang dipakai dalam perang dagang sepanjang sejarah.

Tampak SBY muram hadapi penurunan nilai rupiah. Dibuatlah tabel daftar langkah-langkah yabg akan ditempuh, untuk atasi keadaan. Sekilas solusi yg akan dilakukan butuh waktu panjang dibanding kecepatan eskalasi masalah yang sedang dihadapi. Ibarat sedang hadapi kebakaran, mobil pemadamnya masih perlu di-service dulu,dan lain-lain. Di luar situasi ini ada sekelompok elit yang "cemas cemas senang" dengan gonjang ganjing nilai Dolar ini. Mereka berselancar di atas ombak.  

Salamuddin Daeng menulis: "ambruknya rupiah berarti berlipatgandanya nilai kekayaan mereka. Jika rupiah menembus Rp 15.000 per USD maka berarti kekayaan mereka telah berlipat dua, menambah sumber dana  partai, dana menyogok rakyat dalam pemilu 2014".

Daeng menduga banyak uang haram yang diperoleh dari hasil korupsi (korupsi APBN saja sekitar 30-40 persen), money laundry, setoran para mafia/sindikat dan lain-lain yang bersumber dari ekonomi back office yang digunakan untuk kegiatan spekulasi, disimpan di lemari besi dalam bentuk USD.

Kita lihat saja seampuh apakah resep rezim ini hadapi situasi ini ?

*penulis merupakan direktur eksekutif Institut Ekonomi Politik Soekarno Hatta ( IEPSH)

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya