Kalangan DPR meminta rumah sakit swasta di Indonesia bisa mengikuti jejak PT Siloam International Hospital (SIH) yang akan menjual sahamnya ke pasar modal.
Rumah sakit ini melakukan IPO (penawaran saham perdana) dengan target perolehan dana publik sekitar Rp 2,3 triliun. Anggota Komisi IX DPR Okky Asokawati menuturkan, dengan tambahan modal yang didapatkan dari investor. RS Siloam diharapkannya bisa memperbesar tanggung jawab sosialnya terhadap masyarakat yang kurang mampu dan tidak hanya melayani pasien kelas atas saja.
“Caranya dengan menyediakan rumah sakit untuk masyarakat yang tidak mampu. Seperti yang sudah ada di Tangerang. Namun, jumlahnya perlu diperbanyak lagi. Kalau perlu di setiap RS Siloam di tiap kotanya, dibangun rumah sakit yang melayani pasien kelas bawah. Sehingga menjadi seimbang dalam pelayanan,†katanya kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin.
Okky menjelaskan, rumah sakit yang sudah mempunyai 14 jaringan ini untuk tidak hanya mengejar keuntungan semata. Sebab, Siloam menjadi salah satu penyumbang terbesar terhadap Lippo Grup. â€Kalau pun mau mengejar untung ya wajar saja. Tapi jangan lupakan kualitas pelayanan terhadap setiap pasien, tanpa pandag bulu,†tutur politisi PPP ini.
Selain itu, kata Okky, dengan adanya rumah sakit kelas bawah. Maka Siloam bisa terlibat dalam program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang akan mulai bergulir pada 2014 mendatang.
Siloam bakal mengukuhkan predikatnya sebagai operator rumah sakit terbesar di Indonesia. Caranya, manajemen menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) yang cukup besar untuk ekspansinya tahun ini. “Anggaran capex kami siapkan sekitar Rp1,6 triliun hingga Rp1,8 triliun,†ujar Romeo Fernandes, Direktur Keuangan SIH.
Keseluruhan capex akan digunakan untuk menyelesaikan pembangunan empat rumah sakit SIH yang tersebar di beberapa wilayah. Adapun pembangunan setiap satu rumah sakit diperkirakan menelan biaya sekitar 25 juta dolar AS.
Sebelumnya, SIH juga sudah membangun dua rumah sakit di Bali dan di TB Simatupang, Jakarta. Untuk yang di Bali, rumah sakitnya sudah beroperasi pada Januari lalu. Sementara yang di TB Simatupang mulai beroperasi bulan lalu.
Selain dari capex, sumber dana lainnya berasal dari kas internal dan pinjaman bank.
Manajemen juga secara tidak langsung mengambil porsi dari dana hasil IPO. Catatan saja, SIH membidik perolehan dana sekitar Rp1,8 triliun hingga Rp2,3 triliun lewat IPO. Nantinya, sebesar 52,5 persen perolehan dana digunakan untuk pembelian peralatan medis, perluasan rumah sakit, dan pembangunan rumah sakit baru. Lalu, sebesar 27,5 persen digunakan untuk melunasi utang atas Lippo Karawaci (LPKR) yang mana utang itu digunakan sebagai capex untuk pengembangan dan pembangunan rumah sakit. [Harian Rakyat Merdeka]