Berita

presiden sby/net

Bisnis

Jumat Lusa, SBY Putuskan Paket Kebijakan Merespons Penurunan Rupiah

RABU, 21 AGUSTUS 2013 | 15:11 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Pemerintah tengah merumuskan paket kebijakan dan tindakan pengelolaan ekonomi untuk menjaga stabilitas keuangan dan pertumbuhan.

Pada hari Jumat pagi (23/8), Presiden akan memutuskan paket kebijakan pemerintah untuk mengatasi permasalahan ekonomi saat ini dan pada hari itu pula akan diumumkan oleh para menteri teknis di bidang ekonomi.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan hal ini dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Rabu siang (21/8), usai memimpin rapat terbatas kabinet bidang perekonomian. Ketika memberi keterangan, Presiden didampingi Wapres Boediono.


"Saya berharap kepada seluruh rakyat Indonesia untuk mendukung langkah pemerintah mengatasi permasalah ekonomi saat ini," kata SBY, dikutip dari presidenri.go.id.

Sebelum memberikan keterangan pers, Presiden SBY menggelar rapat terbatas yang dihadiri, antara lain, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menko Kesra Agung Laksono, Menkeu Chatib Basri, Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana, Menperin MS Hidayat, dan Mendag Gita Wirjawan. Hadir pula Gubernur BI Agus Martowardojo.

Beberapa hari terakhir terjadi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang cukup signifikan. Hal itu diikuti dengan menurunnya indeks harga saham gabungan (IHSG). Ada dua faktor penyebab penurunan tersebut. Pertama, ditetapkannya kebijakan moneter di Amerika Serikat yang berpengaruh terhadap situasi keuangan di banyak negara. Sedangkan faktor lainnya adalah ekspor Indonesia yang menurun akibat ekonomoni dunia sedang mengalami resesi.

Presiden SBY menekankan bahwa nilai impor Indonesia saat ini masih tinggi. Hal ini mempengaruhi neraca perdagangan.

"Ada kekhawatiran dari pasar, baik luar maupun dalam negeri, kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun tajam," terang SBY.

Kala neraca pembayaran dan perdagangan defisit maka bukan tidak mungkin ekonomi Indonesia akan terus memburuk. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di papan tengah kalau dibandingkan dengan negara Asia lainnya.

Presiden berharap pertumbuhan ekonomi tidak mengalami pelambatan yang tajam. Dengan adanya dampak akibat kebijakan pengurangan stimulus fiskal (quantitative easing) di AS, perlu kerja keras bersama untuk mewujudkan terget pertumbuhan 6,3 persen. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya