Berita

chatib basri/net

Bisnis

Rupiah Melorot, Presiden Perintahkan Menkeu Berkoordinasi dalam Forum SSK

SELASA, 20 AGUSTUS 2013 | 16:42 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terus memantau pergerakan nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG).

Presiden juga meminta Menteri Keuangan Chatib Basri untuk berkoordinasi dengan Gubernur Bank Indonesia (BI), pimpinan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan.

Hal itu diungkapkan Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah, dan disiarkan presidenri.go.id, Selasa petang (20/8).


"Presiden telah menerima laporan mengenai pergerakan nilai tukar rupiah dan IHSG ini. Presiden juga menginstruksikan Menteri Keuangan untuk membahas policy respons dan mitigasi dalam forum Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)," kata Firmanzah.

Forum SSK merupakan forum untuk membahas koordinasi kebijakan moneter dan fiskal. Forum ini terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Menurut Presiden, koordinasi kebijakan ini sangat diperlukan dalam situasi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan IHSG.

Firmanzah melanjutkan bahwa hari ini nilai rupiah diperdagangkan menembus Rp 11 ribu per dolar AS. Turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini merupakan dampak dari rencana pengurangan stimulus fiskal (quantitative easing) di AS. Akibat kebijakan tersebut terjadi pelemahan sejumlah mata uang dan IHSG regional. Indonesia tak terkecuali.

"Sejumlah negara berkembang dan emerging econonomy terkena dampak kebijakan AS tersebut, antara lain India, Thailand, Australia, dan Indonesia," ucapnya.

Sebelumnya, ekonom senior Dradjad H Wibowo menyarankan kepada Presiden SBY dan para menteri untuk berhenti menganggap enteng masalah stabilitas makro yang sedang dihadapi. Dradjad juga mempersilakan Forum SSK untuk menggelar rapat. Namun yang lebih penting adalah kebijakan yang efektif untuk segera menangani masalah trade deficit dan utang swasta.

Dradjad menyarankan agar RAPBN 2014 dirombak total supaya lebih sesuai dengan realitas, dan bukan mimpi apalagi halusinasi menjelang Pemilu. Sementara APBN 2013 harus segera disesuaikan dengan kemampuan penerimaan pajak yang banyak merosot tahun ini. Sebab pelaku pasar akan lebih menghargai langkah yang efektif yang sesuai realitas. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya