Mabes Polri meminta Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) meluruskan rilis yang disampaikan terkait peningkatan jumlah kasus penembakan yang terjadi di Indonesia dalam tiga tahun terakhir. Ironisnya, mayoritas pelaku penembakan didominasi oleh oknum anggota kepolisian.
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri, Kombes Agus Rianto, mengatakan, seharusnya Kontras mempertegas dan memilah-memilah kasus per kasus, khususnya tindakan mana yang dianggap Polri melanggar aturan seperti yang disampaikan Kontras.
"Yang mana? Makanya harus dipilah-pilah dulu. Tindakan yang mana? Kalau petugas menangkap pelaku curanmor, Densus 88 menangkap teroris, tak bisa disamakan," ungkap Agus, di Mabes Pori, Jakarta, Kamis (15/8).
Agus juga meminta Kontras adil dengan meletakkan korban dari pihak kepolisian. Masyarakat perlu mempertimbangkan petugas yang tewas saat melaksanakan tugas akibat penembakan pelaku kejahatan meski hal itu risiko tugas polisi.
Walau ada ketimpangan dalam data, Agus menyebut apa yang disampaikan Kontras merupakan masukkan positif bagi Polri.
"Kami melakukan pengawasan dalam penggunaan senjata pada tiap anggota. Setiap tindakan yang menggunakan senjata akan dimintai pertanggungjawaban. Polisi tidak main tembak, tapi sesuai tugas," tegas Agus.
Kontras mencatat ada peningkatan kasus penembakan yang terjadi di Indonesia dalam tiga tahun terakhir, yang mayoritas pelakunya adalah anggota kepolisian.
Data yang dikumpulkan Kontras dari kurun waktu 2011-2013 menunjukkan, terdapat 55 peristiwa penembakan di 2011, 142 peristiwa pada tahun 2012, dan 164 peristiwa penembakan pada tahun 2013.
"Sedikitnya 191 orang tewas akibat peristiwa penembakan tersebut, sementara 534 lainnya mengalami luka-luka akibat peristiwa penembakan sepanjang tahun 2011-2013,"kata Koordinator Kontras, Haris Azhar, dalam pernyataan tertulisnya, Kamis (15/8).
Selama periode tersebut, tercatat 278 oknum polisi yang menjadi pelaku. Jumlah ini menempatkan oknum polisi berada di peringkat pertama pelaku penembakan. Di posisi kedua, adalah oknum TNI dengan jumlah pelaku 20, berikutnya orang tak dikenal berjumlah 63 pelaku.
"Kebanyakan anggota polisi pakai senjata jenis pistol (FN) dan Laras Panjang Jenis AK 45. TNI menggunakan senjata organik dengan jenis pistol dan senjata laras panjang, sementara orang tak dikenal umumnya pakai senjata jenis laras panjang atau senjata rakitan," terang Haris.
[ald]