Pembangunan harus mengacu empat konsensus nasional. Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Itulah dasar pembangunan yang dilaksanakan PT Arun Natural Gas Liquefaction, atau lebih dikenal dengan PT Arun. Perusahaan di bawah naungan Pertamina ini pernah berjaya di era 1990-an sebagai perusahaan penghasil gas alam cair terbesar di Indonesia.
PT Arun berlokasi di Lhokseumawe, Aceh Utara, NAD, dengan lahan seluas 1.980 hektar. Arun adalah intan berlian di Aceh yang bisa produksi beribu kargo LNG. Di 1994 bisa produksi 224 kargo per tahun. Namun tahun 2012 lalu, produksi Arun turun menjadi 16 kargo per tahun. Dan tahun ini, cuma 14 kargo. Itu cuma 6 persen dari masa kejayaannya lalu. Hal itu menjadi catatan penting setelah 39 tahun PT Arun berproduksi
Bantuan Arun kepada masyarakat luas berupa CSR tetap diupayakan walau semakin hari semakin menurun. Yang Arun upayakan sekarang adalah bisnis yang berkesinambungan.
Dan saat menyambut kedatangan Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa, dalam kunjungan kerja ke PT Arun, Presiden Direktur PT Arun, Ikbal Hasan Saleh, mengatakan, operasi LNG akan berhenti di 2014.
Aset kilang Arun yang nilainya di atas Rp 10 triliun terancam jadi besi tua. Produksi pupuk Iskandar Muda akan berhenti, rumah-rumah karyawan akan rubuh, dan bisa terjadi terlantarnya program CSR. Hal itu dapat akibatkan kerusuhan karena tutupnya Arun akan menimbulkan pengangguran.
"Lhokseumawe akan jadi kota hantu. Aceh bisa jadi wilayah konflik. Tapi ini tidak boleh terjadi. Kita harus belok ke bisnis lain berdasrkan aset-aset kita yang lain," ungkap Presiden Arun, di ruang pertemuan PT Arun, Selasa (6/8).
Aset Arun yang berharga adalah letak geografis, peralatan kilang, perumahan, rumah sakit, sumber daya manusia dan lahan. Menko Perekonomian Hatta Rajasa, yang mendengarkan baik-baik pemaparan Ikbal, mengatakan, prinsip utama pemerintah adalah agar yang sudah ada jangan dimatikan. Hal itu untuk mendorong ekonomi Aceh dan ekonomi rakyat Indonesia secara keseluruhan.
"Saya baru kembali dari Irak, diperintahkan presiden mengamati industri minyak di sana. Saya berhasil mendapatkan suplai BBM untuk Indonesia agar Indonesia tidak alami ketidaktentuan ketersediaan sumber daya energi," tutur Hatta.
Dia tegaskan, hasil kunjungan ke Irak sangat positif. Terkait itu, dia mengaku, diminta oleh Presiden untuk membicarakan serius persoalan Arun. Dan dia tegaskan, Presiden punya sikap bahwa Arun harus tetap menjadi penyuplai energi untuk Indonesia, berupa bahan bakar minyak.
"Apalagi kita akan punya Natuna. Jangan lagi kita ekspor gas alam. Kita harus pikirkan kepentingan kita," terangnya.
Dia menegaskan, rencana pemerintah untuk Arun sudah sangat jelas. Dan semua pihak, terutama karyawan Arun, tidak perlu kuatir.
"Arun akan cerah masa depannya dan akan dikonversi tetap pada sektor energi," terangnya.
"Rencana pemerintah sudah sangat jelas untuk Arun," tegas dia disambut tepuk tangan hadirin.
Hatta juga inginkan rakyat Aceh punya industri perkebunan atau lahan yang bisa mencukupi bagi perekonomian rakyat Aceh, salah satu contohnya perkebunan karet. Dia pun sudah berkoordinasi sebagai "pemilik lahannya" yaitu Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, yang ikut dalam pertemuan di Arun.
"Dan kita akan kembalikan lagi Aceh sebagai penghasil lembu yang luar biasa pemasukannya," ucapnya.
[wid]