Berita

ilustrasi/net

Mengapa Muhammadiyah dan Persis Berbeda Saat Awal Puasa Namun Sama Saat Berlebaran

SENIN, 05 AGUSTUS 2013 | 15:42 WIB | LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI

. Meski berbeda saat memulai puasa, namun Muhammadiyah dan Persatuan Islam akan berlebaran di hari yang sama. Kedua organisasi yang oleh sementara peneliti asing disebut sebagai gerakan Islam modern di Indonesia akan merayakan lebaran atau Iedul Fitri 1434 Hijriyah pada hari Kamis, tanggal 8 Agutus 2013.

Mengapa memulai puasanya berbeda, sementara lebarannya sama?

Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujud al hilal. Dengan metode ini, awal bulan hijriyah dapat ditetapkan jika setelah ijtimak, saat matahari terbenam posisi bulan berada di atas ufuk. Dalam menentukan ijtimak, Muhammadiyah juga menggunakan ijtimak qablal ghurub dawair al buruj yang sama ini menjadi pedoman menentukan masuknya bulan baru Qomariyah.


Ijtimak adalah peristiwa ketika bujur ekliptika matahari dan bujur ekliptika bulan berada pada bujur astronomi yang sama. Posisi matahari dan bulan pada bujur astronomi atau dawair al buruj yang sama ini menjadi pedoman menentukan masuknya bulan baru Qomariyah.

Dengan metode ini, paling tidak, ada tiga kriteria hisab hakiki dalam menentukan apakah suatu kondisi telah masuk bulan baru atau tidak. Ketiga kondisi ini adalah telah terjadi ijtimak; ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam; dan saat Matahari terbenam, piringan atas Bulan masih berada di atas ufuk

Sementara Persis, meski menggunakan metode hisab, namun juga tidak meninggalkan metode rukyat sepenuhnya. Bagi Persatuan Islam, tidak mungkin ada hisab tanpa rukyat dan rukyat yang baik memerlukan panduan hisab. Metode inilah yang kemudian dikenal dengan istilah hisab imkan al rukyat, atau batas kemungkinan hilal untuk diamati dan di-rukyat.

Dari kedua metode ini, Muhammadiyah dan Persatuan Islam, punya kriteria yang berbeda. Bagi Persatuan Islam, awal bulan hijriyyah dapat ditetapkan jika setelah terjadi ijtimak, beda tinggi antara bulan dan matahari minimal 4 derajat. Berbeda dengan Persatuan Islam, Muhammadiyah menilai 0 derajat pun bulan baru sudah nampak asal memenuhi kriteria hisab hakiki.

Maka pada awal Ramadhan tahun ini, Muhammadiyah dan Persatuan Islam berbeda. Bagi Muhammadiyah, saat itu, tinggi bulan pada saat terbenam Matahari di Yogyakarta adalah adalah ( + : : -07" 48, dan ),: 110o 21, BT ) +0o 44' 59". Meskipun berada pada 0 derajat, namun hilal sudah dianggap ada, atau bulan baru sudah tiba.  

Dengan hitungan yang sama, Persis pun menghitung tinggi hilal waktu magrib di Pelabuhanratu saat itu adalah 00- 45- 58 dan sudut elongasi bulan-matahari 40- 34- 24. Sedangkan di Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) tinggi hilal waktu magrib 00- 06- 32 dan sudut elongasi bulan-matahari 40- 55-03. Karena tinggi hilal waktu maghrib di bawah 4 derajat, dan artinya itu tidak bisa di-rukyat pakai mata telanjang,  maka Persatuan Islam menggenapkan bulan Sya'ban, sehingga awal Ramadhan lebih lama sehari dibanding Muhammadiyah.

Inilah mengapa Muhammadiyah dan Persatuan Islam berbeda saat awal Ramadhan. Lalu mengapa lebaran bisa sama?

Berdasarkan hitungan Muhammadiyah, tinggi bulan pada saat terbenam matahari di Yogyakarta pada Rabu petang tangga 7 Agustus besok lebih dari 3 derajat, dan bahkan mendekati 4 derajat. Yaitu ( + : : -07" 48, dan ),: 110o 21, BT ) +03 54' 11. Dengan demikian, bulan baru sudah masuk.

Dengan hitungan yang sama, Persatuan Islam menegaskan tinggi hilal waktu Maghrib tanggal 7 Agustus mendatang di Pelabuharatu adalah 4° 15’ 49” dan sudut elongasi Bulan-Matahari 7° 18’ 48”. Karena di atas 4 derajat, maka memungkinkan untuk dirukyat pakai mata telanjang atau imkan al rukyat.

Karena tinggi bulan pada saat terbenam matahari di hari Rabu besok itu hampir atau sudah mencapai 4 derajat sebagaimana hitungan Persatuan Islam, dan empat derajat itu secara otomatis masuk dalam kriteria hisab ala Muhammadiyah, maka lebaran kedua organisasi ini sama. [ysa]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Pidato Prabowo buat Roy Suryo: Jangan Lihat ke Belakang

Senin, 08 Desember 2025 | 12:15

UPDATE

BNN-BNPP Awasi Ketat Jalur Tikus Narkoba di Perbatasan

Jumat, 19 Desember 2025 | 00:09

Perkuat Keharmonisan di Jakarta Lewat Pesona Bhinneka Tunggal Ika

Jumat, 19 Desember 2025 | 00:01

Ahmad Doli Kurnia Ditunjuk Jadi Plt Ketua Golkar Sumut

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:47

Ibas: Anak Muda Jangan Gengsi Jadi Petani

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:26

Apel Besar Nelayan Cetak Rekor MURI

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:19

KPK Akui OTT di Kalsel, Enam Orang Dicokok

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:12

Pemerintah Didorong Akhiri Politik Upah Murah

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:00

OTT Jaksa oleh KPK, Kejagung: Masih Koordinasi

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:53

Tak Puas Gelar Perkara Khusus, Polisi Tantang Roy Suryo Cs Tempuh Praperadilan

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24

Menkeu Purbaya Bantah Bantuan Bencana Luar Negeri Dikenakan Pajak

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24

Selengkapnya