Berita

trimedya panjaitan/net

Politik

Trimedya Panjaitan: Masalah Paling Rentan Terjadi di Zaman Amir Syamsuddin

SABTU, 13 JULI 2013 | 10:32 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Tiga masalah dalam manajemen Lembaga Pemasyarakatan (LP) di Indonesia akan memicu kerusuhan-kerusuhan di banyak penjara lain di Indonesia. Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Trimedya Panjaitan, menyebutkan masalah pertama adalah negara yang tidak siap anggaran membangun penjara-penjara yang cukup dan kapasitasnya memadai. 

Salah satu sebabnya adalah peraturan Menteri Dalam Negeri yang melarang sumbangan atau kontribusi dari Instansi Vertikal atau lembaga pemerintah yang merupakan cabang dari kementerian pusat dan berada di wilayah administrasi, sebagai kepanjangan tangan dari departemen pusat.

Kedua, masalah mental aparatur. Masalah mental ini lebih dikarenakan upah kerja yang sangat minim. Hal itu diakuinya jadi masalah klasik namun berpengaruh besar bagi sistem di dalam LP.


"Mereka jaga malam dengan uang sangat minim. Soal rendahnya gaji sangat klasik," dalam sebuah diskusi bertajuk "Gelap Mata di Tanjung Gusta", di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (13/7).

Sebagai advokat non aktif, Trimedya mengklaim sangat berpengalaman melakukan kunjungan di dalam penjara. Di penjara, apapun bisa terjadi kalau ada uang mengalir. Jadi, ada kemauan warga binaan untuk menyuap, dan ditambah kondisi mental aparatur yang gajinya minim.

Masalah ketiga adalah bagaimana pola pembinaan yang dilakukan petugas LP. Kemudian ada persoalan remisi dan pembebasan bersyarat di PP PP 99/2012 yang sangat politis. Komisi III pun pernah berdebat panjang lebar dengan Menteri Hukum dan HAM mengenai peraturan pemerintah yang mengatur syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan ini.

"Ini akumulasi, inilah titik kulminasi paling tinggi. Saya melihat problem paling rentan adalah di zaman Pak Amir. Tingkat reaksi kemarahan terhadap kebijakan-terhadap yang tidak pro terhadap warga binaan sangat tinggi," terangnya. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya