Masuknya Pramono Edhie Wibowo yang tak lain adalah adik ipar Susilo Bambang Yudhoyono ke jajaran Dewan Pembina Partai Demokrat semakin menguatkan budaya kepemimpinan politik dinasti.
Bagi Demokrat, direkrutnya Pramono merupakan jalan pintas yang coba diupayakan untuk mencari orang yang bisa mengimbangi elektabilitas SBY dalam pemilu mendatang.
Begitu ditegaskan pengamat politik senior Arbi Sanit saat berbincang dengan Rakyat Merdeka Online sesaat lalu, Minggu (30/6).
Menurut dia, ada dua hal kenapa budaya kepemimpinan politik dinasti makin menguat di balik bergabungnya Pramono ke Demokrat. Di satu sisi karena ada ambisi dari keluarga besar Cikeas bahwa penerus kekuasaan berasal dari kalangan mereka. Tetapi di sisi lain, hal itu terjadi akibat kesalahan sistem di segala sektor kehidupan masyarakat yang gagal membangun pelembagaan terhadap persiapan tampilnya seorang pemimpin.
"Sistem negara, pemerintahan, sosial, hukum kacau balau, tidak terfungsikan secara baik untuk bisa merekrut pemimpin. Dari sektor bisnis misalnya, pengurus Kadin berantem terus. Begitu juga di ormas, satu ormas saja berantem. Mereka tidak mempersiapkan tampilnya pemimpin" tuturnya.
Lebih lanjut Arbi mengatakan masuknya Pramono bisa jadi menaikkan elektabilitas Demokrat yang dua tahun terakhir merosot. Pramono yang berlatar belakang militer dinilai publik punya ketegasan dan kecekatan dalam memimpin. Tetapi bila pengusungan Pramono sebagai calon presiden dilakukan atas intervensi SBY dalam konvensi, maka yang akan terjadi adalah sebaliknya.
"Ini ujian bagi konvensi. Kalau konvensi diintervensi SBY maka Partai Demokrat tidak akan mendapat untung. Citra dan elektabilitas Pramono juga akan merosot.. Tapi kalau dilakukan secara jujur dan fair, Pramono menang konvensi, itu bisa memperkuat posisinya seperti SBY," pungkas Arbi.
[dem]